Jakarta (ANTARA News)- Kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di pasar spot antar-bank Jakarta pada Kamis sore melemah mencapai angka Rp9.200 per dolar AS, karena tekanan negatif pasar masih terjadi, akibat kenaikan harga minyak mentah dunia yang mencapai 105 dolar AS per barel. "Kenaikan harga minyak mentah dunia, memicu pelaku pasar cenderung membeli dolar AS ketimbang rupiah, meski volume pembelian mata uang asing itu tidak besar," kata Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Kamis. Nilai tukar rupiah merosot mencapai Rp9.199/9.200 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp9.194/9.209 per dolar AS, atau turun lima poin. Ia mengatakan, tekanan negatif yang berlanjut mendorong rupiah terus terpuruk mendekati angka Rp9.200 per dolar AS, meski BI telah masuk pasar. "Kami optimis rupiah pada hari berikutnya akan kembali tertekan meliwati angka Rp9.200 per dolar AS, karena lesunya insentif pasar," katanya. Rupiah ke masa depan, lanjut dia, akan kembali terpuruk, karena kondisi pasar yang tidak baik yang didukung oleh sikap investor yang mulai menjauhi pasar domestik. Bahkan, sejumlah dana asing sudah ditarik yang akan dialihkan ke pasar komoditas. Penarikan dana asing itu akan memberikan dampak negatif lebih besar terhadap pasar uang Indonesia, khususnya rupiah dikemudian hari, ucapnya. Menurut dia, kondisi negatif ini akan menekan rupiah hingga posisi antara Rp9.200 sampai Rp9.250 per dolar AS, kecuali ada isu positif yang mendorong rupiah kembali menguat dari keterpurukan tersebut. BI sejak pekan lalu telah masuk pasar dan melakukan pembelian dolar AS, namun tekanan itu sampai saat ini masih berlanjut mengakibatkan BI kesulitan menghadapinya, katanya. Namun, posisi rupiah pada Rp9.200 per dolar AS dinilai masih cukup aman asalkan pemerintah dan BI tetap menjaganya agar tidak jatuh lebih jauh, demikian Kostaman Thayib. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008