Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia menegaskan tingginya inflasi pada dua bulan terakhir bukan karena kelebihan uang beredar atau kelebihan permintaan, namun karena tekanan eksternal. "Harus kita lihat apakah inflasi yang memang naik ini perlu kita sikapi dengan menaikkan suku bunga, karena kenaikannya kan bukan karena kelebihan uang yang beredar atau kelebihan permintaan," kata Deputi Gubernur Senior BI, Miranda S. Gultom, di Jakarta, Kamis. Dikatakannya, dengan adanya faktor tekanan eksternal ini, BI mendukung langkah yang telah dijalankan pemerintah saat ini, seperti menambah atau mengurangi pungutan ekspor (PE) untuk produk-produk komoditas, atau subsidi langsung, seperti penjualan minyak dan beras murah. "Sepanjang sekarang ini, kita terus melihat apa yang kita lakukan sudah baik," katanya. BI yang merupakan otoritas moneter dan pemerintah sebagai otoritas fiskal sudah menyepakati proyeksi inflasi tahun 2008 sebesar 6,5 persen. Namun demikian untuk realisasi inflasi tahunan (year-on-year) bulan Februari masih tinggi, yakni sebesar 7,4 persen. Sementara itu, di tempat terpisah, Deputi Kemeneg PPN/Bappenas bidang Evaluasi Kinerja Pembangunan, Bambang Widianto, mengingatkan ke depan faktor ekspektasi inflasi harus terus menjadi fokus perhatian pemerintah dan dikelola dengan baik. "Kemungkinan inflasi tinggi di sepanjang tahun ini cukup banyak, ada Natal, Lebaran, dan kenaikan biaya sekolah. Itu semua terjadi pada bulan-bulan yang berbeda," jelasnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008