Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) agar mengambil prakarsa guna mengatasi dampak kenaikan harga minyak mentah dan pangan dunia yang menyulitkan perekonomian, khususnya di negara berkembang. "Saya sangat harapkan PBB mengambil langkah proaktif dengan menggalang kesadaran dan tanggung jawab global untuk mengelola ekonomi dunia dan semua negara akibat kenaikan harga minyak dan pangan ini," kata Presiden Yudhoyono dalam keterangan pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Kamis. Dijelaskan Presiden, kenaikan harga minyak mentah dan pangan di dunia saat ini telah membuat keuangan banyak negara berkembang terpukul dan menjadikan program Millenium Development Goal yang dicanangkan PBB akan jauh dari target yang telah ditetapkan pada 2015. Untuk itu, Presiden meminta semua pemimpin dunia juga bersikap serius, sama seperti saat menyikapi permasalahan perubahan iklim belakangan ini. Harga minyak kini berada pada kisaran 106 dolar AS/ barel. Selain itu, Presiden Yudhoyono meminta para produsen minyak dan pangan di dunia juga bertanggung jawab secara moral dan sosial saat terjadinya gejolak harga pangan serta minyak dunia, karena sudah banyak negara dan warga masyarakat di dunia yang menanggung penderitaan akibat kesulitan ekonomi yang terjadi. "Tidak adil kalau ini dibiarkan terus. Banyak negara dan umat manusia yang menanggung penderitaan berlebihan akibat kesulitan ekonomi yang melanda dunia ini," katanya. Presiden menambahkan ia dalam waktu dekat akan mengirimkan surat mengenai hal ini kepada Sekjen PBB, Ban Ki-moon, dengan harapan organisasi negara-negara itu mengambil langkah tepat untuk menanggulangi dampak tingginya harga kedua komoditas tersebut. "Besar harapan saya, ada respon positif dari PBB dan pihak-pihak lain, sementara pemerintah juga tidak mengurangi upayanya untuk mengurangi masalah ini agar ekonomi tetap tumbuh dan selamat serta mengurangi beban rakyat," tegasnya. (*)
Copyright © ANTARA 2008