Moroni (ANTARA News) - Militer Komoro, yang didukung oleh Uni Afrika (AU) dari Tanzania dan Sudan, telah mengambil-alih pulau yang dikuasai gerilyawan, Anjouan, Rabu, menyusul dua-hari campur-tangan militer.
Siaran pers yang dikeluarkan Rabu oleh pemerintah federal berbunyi masih terjadi baku-tembak sporadis di Mirontsy dan sekitarnya, salah satu kubu terakhir pasukan pemberontak semi-militer yang dipimpin oleh Mohamed Bacar, orang yang mengangkat dirinya sendiri sebagai pemimpin pulau itu.
Bacar mengumumkan dirinya sebagai pemimpin Anjouan, salah satu dari tiga pulau yang dikuasai pemerintah federal Komoro, menyusul pemilihan umum yang tak dipantau oleh pengamat baik dari pemerintah pusat maupun dari organisasi regional atau internasional Juni lalu.
Ia menolak untuk menyerah dalam penengahan yang dilakukan masyarakat internasional termasuk AU, Uni Eropa (UE), Perancis dan Amerika Serikat.
Setelah kegagalan upaya penengahan tujuh-orang dari AU, UE, Perancis dan AS, pemerintah Komoro memutuskan untuk mengundang tentara bersenjata dari sekutu lamanya --Libya, Senegal, Sudan dan Tanzania-- guna menyelesaikan apa yang dikatakannya sebagai masalah dalam negeri dengan menggunakan kekuatan militer.
Menurut laporan dari pulau di Samudra Hindia itu, tentara koalisi terus menangkapi pendukung gerilyawan.
Namun laporan tersebut menyatakan pemimpin gerilyawan masih berkeliaran dan informasi mengenai keberadaannya memaksa tentara sekutu untuk beroperasi dengan sangat hati-hati.
Keterangan sementara yang diberikan oleh staf pasukan koalisi menyatakan tiga orang tewas dan selusin lagi cedera di pihak gerilyawan, dan delapan warga sipil cedera akibat terkena peluru sementara tak ada korban dari pihak pasukan koalisi.
Kehidupan secara berangsur mulai pulih di pulau Anjouan, dengan pulihnya saluran telefon dan satu-satunya pembangkit listrik mulai beroperasi Rabu, demikian Xinhua.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008