"Bioreaktor kapal selam ini berfungsi sebagai fermentor yang dapat mengolah sampah, limbah organik menjadi pupuk organik dan energi," kata Muhammad Sobri yang merupakan penemu dan pengembang bioreaktor kapal selam kepada Antara di sela-sela presentasi dan penjurian Anugerah Labdha Kretya 2019 di Jakarta, Kamis.
Sobri yang merupakan lulusan S3 jurusan Ilmu Nutrisi dan Pakan Peternakan dari Institut Pertanian Bogor melakukan penelitian dan pengembangan selama tiga tahun sejak 2013 untuk menciptakan produk inovasi bioreaktor kapal selam. Pada 2017, Sobri mendapatkan paten atas produk tersebut.
Baca juga: Universitas Jambi olah limbah sawit jadi bahan bakar
Dengan penggunaan alat itu, Sobri (47) menuturkan proses fermentasi limbah organik misal limbah industri tapioka, kotoran ternak, sampah organik dapat menghasilkan pupuk organik dan gas yang dapat dikonversi menjadi energi listrik.
Diversifikasi gas yang dihasilkan dari proses fermentasi dengan bioreaktor itu dapat dijadikan sebagai sumber energi untuk memberikan pencahayaan, menyalakan kompor dan untuk mekanik traktor.
Satu unit bioreaktor dapat menyuburkan 10 hektar sawah. Sawah butuh pupuk kimia satu ton per hektar sementara satu hektar sawah butuh 5-8 ton pupuk organik per hektare. Dalam sehari, saty unit bioreaktor dapat menghasilkan 200 kilogran pupuk sehingga dibutuhkan sekitar 25 hari untuk menghasilkan lima ton pupuk organik untuk satu hektar sawah.
Dengan pupuk organik itu, warga tidak perlu membeli dan menggunakan pupuk kimia yang berdampak buruk bagi kesehatan dan lingkungan. Gerakan penggunaan pupuk organik juga dapat semakin gencar dilakukan.
Bioreaktor kapal selam menjadi satu dari tujuh inovasi yang masuk dalam nominasi penerima Anugerah lptek dan Inovasi Nasional kategori Labdha Kretya 2019. Saat ini penjurian untuk mendapatkan tiga terbaik dari tujuh nominator inovasi sedang dilakukan oleh pihak Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Baca juga: Manggala Agni ubah limbah kayu dan semak jadi energi
Baca juga: Limbah air RPH diubah mahasiswa Universitas Brawijaya jadi listrik
Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2019