Skenario dalam kegiatan ini semua diarahkan dalam rangka uji doktrin Swa Bhuwana Pakça, yang sebentar lagi juga akan ditandatangani Kepala Staf TNI AU. Dan ada beberapa manuver tadi yang baru saja kita saksikan adalah bagian dari uji doktrin itu, kat

Pandanwangi, Jawa Timur (ANTARA) - Latihan puncak TNI AU 2019, Angkasa Yudha 2019 kali ini bukan cuma menjadi arena akumulasi latihan di lingkungan TNI AU secara bertahap, bertingkat, dan berlanjut, melainkan arena pengujian doktrin TNI AU, doktrin Swa Bhuwana Pakça.

“Skenario dalam kegiatan ini semua diarahkan dalam rangka uji doktrin Swa Bhuwana Pakça, yang sebentar lagi juga akan ditandatangani Kepala Staf TNI AU. Dan ada beberapa manuver tadi yang baru saja kita saksikan adalah bagian dari uji doktrin itu,” kata Panglima TNI, Marsekal TNI Hadi Tjahjanto, di Kawasan Latihan Udara TNI AU (Air Weapon Range) Pandanwangi, Jawa Timur, Rabu.

Bersama sejumlah pejabat puncak TNI dan Panglima Kostrad, Letnan Jenderal TNI Besar H Karyawan, dia menyaksikan secara langsung pelaksanaan Angkasa Yudha 2019, yang melibatkan 42 pesawat tempur dari berbagai kelas dan tipe, 12 pesawat transpor sedang dan berat, lima helikopter berat, dan sekitar 2.400 personel dari berbagai kesatuan dan fungsi.

Adapun tahapan latihan Angkasa Yudha 2019 yang mereka hadiri adalah tahap pamungkas, yaitu gelar kekuatan penindak (Fire Power Demo), setelah sebelumnya dilaksanakan tahapan latihan posko dan manuver lapangan sejak berbulan-bulan lalu di berbagai satuan induk TNI AU.

Baca juga: Panglima TNI minta prajurit TNI AU jaga profesionalisme

Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI Yuyu Sutisna, Direktur Latihan Angkasa Yudha 2019 Marsekal Muda TNI Dony Ernawan, dan sejumlah pejabat puncak TNI AU menjadi tuan rumah dan sekaligus pelaksana inti latihan puncak tahunan TNI AU itu.

Menurut Tjahjanto yang sebelumnya adalah Kepala Staf TNI AU, tingkat capaian dari semua tampilan latihan adalah 98 persen. Ini meliputi yang dilakukan pasukan darat, pasukan udara, pesawat tempur, pesawat angkut, dan pesawat helikopter, termasuk pasukan darat dalam bermanuver penembakan serta para pilot tempur yang melakukan penembakan dari udara.

Tentang capaian 98 persen itu, dia berkata, “Artinya apa? Bahwa prajurit TNI AU telah memiliki profesionalisme yang tinggi dan mampu mengoperasikan seluruh alutsista yang dimiliki pengadaan Rencana Strategis Pertama dan Rencara Strategis Kedua.”

Ia berkata, “Dan kami terus berpesan kepada pembina, dalam hal ini kepala staf TNI AU, untuk tetap menjaga profesionalisme prajurit itu. Itu yang kita harapkan. Nanti akan kami tampilkan pada Latihan Gabungan 2019 yang jatuh pada bulan September. Insya Allah akan juga mengundang bapak Presiden Republik Indonesia.”

Baca juga: Panglima TNI sebut Capaja TNI-Polri merupakan investasi negara

Adapun doktrin yang akan disesuaikan adalah yang secara khusus terkait interoperabilitas dan komando kendali yang saat ini sedang dikembangkan sesuai dengan 11 strategi atau 11 kebijakan dari Panglima TNI.

“Di antaranya adalah membangun Network Centric Warfare yang tadi ditunjukkan pesawat (AEW&C) Boeing TNI AU, maupun pesawat tanpa awak. Bagaimana pesawat itu mampu mendapatkan target, kemudian diinformasikan kepada satuan yang ada di bawah, untuk bisa dikalkulasi dan dilaksanakan suatu penghancuran terhadap sasaran,” kata dia.

Panglima TNI mengatakan, wahana udara PTTA maupun Boeing B-737 dari Skuadron Udara 5 TNI AU dengan kemampuan pokok Airborne Early Warning and Control mampu men-downlink data dengan jarak yang begitu jauh, kurang lebih sampai dengan 60 mil laut.

“Kita lihat mereka bisa terus memonitor pergerakan pergerakan pesawat yang sedang bermanuver di bawah. Dan ini yang akan kita kembangkan terus, bagian dari pengembangan doktrin tiga angkatan, dari matra darat TNI juga mengembangkan network centric, matra laut demikian, dan TNI AU yang kita saksikan tadi,” katanya.

Baca juga: Pangkalan Udara TNI AU Halim Perdanakusuma gelar latihan Survival Dasar 2019

“Tinggal kita nanti akan membangun backbone-nya dengan menggunakan satelit, yang saat ini sedang dibangun adalah stasiun penghubung, untuk satelit untuk mendukung kegiatan kegiatan operasi khususnya adalah me-link-up yang kita miliki yaitu Network Centric Warfare dari masing-masing matra,” kata dia.

Sebagian dari alur yang diperagakan pada Angkasa Yudha 2019 ini adalah bagaimana pesawat TNI AU mendapatkan target, kemudian diserahkan kepada satuan bawah yang ada di darat, termasuk pasukan penggempur dengan arsenal utama berupa meriam-meriam dari matra darat maupun matra laut, kemudian dilaksanakan eksekusi.

Pewarta: Ade P Marboen
Editor: Edy Supriyadi
Copyright © ANTARA 2019