Jakarta (ANTARA News) - Roswitha Muntiyarso (17) dan Angger Sanyoto (17), dua remaja yang meraih prestasi tingkat internasional, ditunjuk menjadi ikon Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai generasi muda berprestasi tanpa terlibat kasus narkoba. Roswita meraih perunggu dalam olimpiade Biologi yang dilaksanakan di Kanada, Juli 2007 sedangkan Angger adalah juara 1 karate kata junior putera pada kejuaraan Skandinavia Open yang berlangsung di Norwegia, Januari 2008. Kedua remaja ini di Jakarta, Selasa mengatakan, prestasi gemilang itu diraih tanpa menggunakan narkoba sama sekali. Roswitha mengaku bahwa selama ini dirinya tidak pernah dekat narkoba. "Dari belajar biologi itulah saya tahu bahwa narkoba dapat merusak syaraf-syarat tubuh," kata siswi kelas 3 MAN Insan Cendekia, Serpong, Tangerang, Banten ini. Remaja berkerudung yang lahir di Jakarta, 19 November 1990 ini mengaku kondisi lingkungannya sangat mendukungnya untuk berprestasi tanpa menggunakan narkoba sebab mulai dari SD hingga SMA ia sekolah di sekolah islam. "Pendidikan ketat sehingga peluang masuknya narkoba sangat kecil," katanya. Berkat prestasinya itu, dua perguruan tinggi ternama di Singapura telah menanti selepas tamat MAN lengkap dengan fasilitas bea siswa untuk memperdalam ilmu biologi. Melihat prestasi itu, BNN pun mengajaknya untuk bergabung dalam kampanye anti narkoba. "Saya senang ikut membantu dalam memberantas narkoba yang telah merusak generasi muda," katanya.Lain halnya, dengan Angger yang juga menjadi ikon BNN. Ia bahkan mengaku bahwa ia selama ini hidup dekat narkoba. "Saya melihat sendiri ada orang jatuh didepan saya dengan kondisi masih pakai jarum suntik di tangannya. Mulutnya berbusa," katanya. Siswa SMAN 1 Jakarta ini mengaku bahwa di sekitarnya telah banyak anak muda yang terjerumus narkoba. "Ada yang kenal narkoba sejak SD. Yang sudah usia 40 tahun juga ada," kata atlet karate nasional ini. Anak seorang anggota TNI ini mengaku bertekad tidak akan bersentuhan narkoba yang telah merusak teman-temannya. "Lagi pula tidak ada yang berani menawarkan narkoba ke saya," katanya. Remaja yang lahir di Jakarta, 24 Oktober 1990 ini bertekad tetap akan berprestasi dengan satu tujuan agar dapat memakai lambang merah putih di dada kirinya ketika bertanding di kejuaraan nasional. "Saya ingin (bendera, red) Merah Putih berkibar di negara lain," katanya. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008