Kediri (ANTARA) - Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, mengungkapkan terdapat ratusan anak di Kota Kediri, yang diketahui terkena stunting, sehingga dinkes gencar melakukan sosialisasi pencegahan.
"Stunting itu karena gagal tumbuh, sehingga pertumbuhan mulai janin sampai lahir per 1.000 hari pertama kehidupan gagal, akhirnya tidak tumbuh normal," kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Kediri Wigati di Kediri, Rabu.
Ia mengungkapkan, di Kota Kediri ada sekitar 12 persen anak yang mengalami stunting, atau sekitar 600 anak dengan usia balita. Mereka terus mendapatkan perhatian dari dinas kesehatan agar mendapatkan gizi yang cukup, sehingga bisa bebas dari stunting.
Menurut dia, setiap tahun dinas kesehatan ada program bulan timbang. Seluruh balita akan ditimbang baik berat badan, tinggi badan serta dialog dengan keluarga terkait dengan gizi yang diberikan ke anak-anak. Jika ternyata anak tersebut tumbuh tidak sesuai dengan perkembangan seusianya, dinas kesehatan membantu agar orang tua memberikan asupan gizi yang baik untuk tumbuh kembang anak.
Ia mengatakan, anak terutama di 1.000 hari pertama adalah waktu yang sangat penting, sehingga jika ditemukan ada indikasi mengalami stunting langsung melakukan tindakan. Jika dibiarkan, ketika dewasa bisa berpengaruh baik pada tubuh maupun pada kecerdasan anak.
Lebih lanjut, ia mengatakan penanganan stunting tidak hanya menjadi tugas dari dinas kesehatan melainkan seluruh instansi terkait. Misalnya, ketika menyangkut kesehatan lingkungan terutama air, sebab air juga bisa menyebabkan penyakit diare. Jika air yang tercemar itu dikonsumsi ibu, lalu anaknya diare, bisa mengganggu pertumbuhan anak, sehingga makanan yang diserap oleh anak tidak bisa maksimal.
Stunting, tambah dia, juga dipengaruhi banyak hal. Selain faktor ekonomi, faktor pengetahuan juga bisa. Untuk itu, dinkes juga memberikan edukasi pada perempuan, sebab calon ibu untuk selalu menjaga kesehatan diri sendiri dengan menerapkan pola makan yang sehat. Dengan itu, saat hamil nantinya kandungannya bisa sehat, sehingga anak yang dilahirkan juga sehat.
"Saat hamil, ibu juga diberi motivasi untuk merawat dirinya. Kebersihan lingkungan termasuk. Makanya mencegah stunting bisa dari awal. Jadi, kami lakukan pembenahan, pencegahan, memberi motivasi, seluruh jajaran dikerahkan," kata dia.
Kendati jumlah anak di Kota Kediri yang terkena stunting hingga ratusan, Wigati menegaskan jumlah itu masih relatif rendah ketimbang di Jatim. Bahkan, Kota Kediri bukan termasuk lokus.
Pihaknya juga sudah meminta ke seluruh bidan untuk mendata ibu hamil, balita di daerahnya. Bidan diharapkan melakukan cek ulang, memastikan kondisi kesehatan anak di daerahnya.
"Stunting ada kemungkinan beberapa bulan. Yang dievaluasi jika misalnya anak di kelas satu normalnya tinggi 1,5 meter, tapi ada anak tidak ada 1 meter itu termasuk stunting. Jadi, yang diukur ada berbagai hal, misalnya berat badan terhadap tinggi badan. Semua kader ditugasi, jika temukan baru lapor ke bidan dan bidan cek ulang," ujar dia.
Ia berharap, dengan program intensif yang dilakukan dinas kesehatan, yakni pemeriksaan kesehatan, sosialisasi, pemberian makanan bergizi, bisa menekan seminimal mungkin kasus stunting pada anak di Kota Kediri. Dengan itu, ke depan bisa turut serta memperbaiki sumber daya manusia, dimana kepandaian juga meningkat. (*)
Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2019