Jakarta (ANTARA News) - Produsen obat PT Kimia Farma (Persero) memproyeksikan, adanya kenaikan harga obat non-generik produksi perusahaan farmasi milik negara tersebut pada tahun ini, sekitar 10 persen. Kenaikan itu sebagai kompensasi naiknya harga impor bahan baku, bahan penolong dan kemasan obat selama tahun 2008 yang besarannya diperkirakan mencapai delapan persen, kata Direktur Utama PT Kimia Farma, Syamsul Arifin kepada pers di Jakarta, Selasa. Syamsul yang didampingi direksi Kimia Farma lainnya mengatakan, pihaknya terpaksa menaikkan harga obat non-generik itu mengingat harga obat bermerek di dalam negeri tidak mengalami kenaikan sejak tahun 2006. Di sisi lain, harga bahan baku terus naik dan tingkat inflasi selama beberapa bulanterakhir ini juga cukup tinggi. "Sehingga kenaikan sekitar sepuluh persen kami nilai masih dalam batas kewajaran," katanya. Harga obat generik yang diproduksi Kimia Farma tidak ada perubahan. Harga obat generik ditetapkan oleh pemerintah dan sejauh ini belum ada rencana dari pemerintah untuk menaikkan harga obat tersebut, ujar Syamsul. Saat ini sekitar 40 persen produksi obat Kimia Farma berupa generik, sedangkan 60 persen adalah obat non-generik. Sebagai BUMN, menurut Syamsul, pihaknya tetap komit memproduksi obat generik dengan harga murah sehingga bisa terjangkau masyarakat lapisan bawah. "Namun sebagai persero kami juga dituntut untuk membuat kinerja perusahaan terus tumbuh dengan mengoptimalkan target penjualan obat non-generiknya," katanya. Dengan upaya perimbangan seperti itu, kinerja perusahaan selama 2007 mencatat sejumlah perbaikan. Penjualan produk perusahaan secara konsolidasi (termasuk anak perusahaan) selama 2007 mencapai Rp2,36 triliun atau naik 8,03 persen dibandingkan tahun 2006 sebesar Rp2,19 triliun. Dari penjualan sebesar itu, Kimia Farma berhasil mencatat laba bersih pada 2007 sebesar Rp52 miliar, naik 18,6 persen dari laba yang diraih pada 2006 sebesar Rp44 miliar. Untuk tahun ini, proyeksi laba diharapkan bisa naik sekitar 26,9 persen dibandingkan tahun 2007. Caranya antara lain dengan melakukan efisiensi biaya dan harga pokok penjualan (HPP), katanya. Selain bergerak di sektor manufaktur dengan memproduksi obat-obatan, Kimia Farma juga mengembangkan usaha penjualan obat secara ritel melalui apotik-apotiknya serta mengembangkan produk-produk obat baru untuk diekspor.(*)

Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008