Jakarta (ANTARA News) - Rupiah terhadap dolar AS pada pekan ini diperkirakan akan berkisar antara Rp9.200 sampai Rp9.250 per dolar AS, karena lesunya sentimen positif dan dialihkannya dana asing yang ditempatkan di pasar domestik. "Sebagian dana asing yang ditempatkan di pasar domestik sudah ditukarkan ke dolar AS dan akan ditempatkan di pasar saham yang lebih menarik atau ke pasar komoditas," kata pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, Selasa. Dikatakannya, pasar saham Indonesia yang mengalami "rally" cukup lama dinilai sudah tidak menarik lagi, sehingga mendorong mereka mencari pasar baru yang dinilai cukup menguntungkan. Investor asing saat ini masih terfokus ke pasar komoditas (membeli minyak mentah dan emas) yang memberikan keuntungan lebih besar dalam waktu yang tidak begitu lama. Mereka untuk sementara meninggalkan pasar domestik, meski ada isu positif di pasar domestik setelah bank sentral AS (The Fed) menurunkan suku bunga Fed fund sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen, katanya. Rupiah, lanjut dia, pada pagi ini sempat menguat hingga masih berada di bawah angka Rp9.200 per dolar AS (berkisar antara Rp9.170/9.180 per dolar AS), namun kenaikan itu hanya sementara, setelah Bank Indonesia (BI) masuk ke pasar. Namun rupiah saat ini cenderung tertekan, karena belum ada isu positif yang mendorongnya, setelah The Fed menurunkan suku bunganya, katanya. Menurut dia, gejolak ekonomi global yang lesu merupakan salah satu faktor yang menekan pertumbuhan ekonomi nasional yang berimbas ke pasar uang khususnya rupiah. Rupiah saat ini sulit untuk menguat lebih jauh, karena tertekan oleh kelesuan pasar dunia, akibat kenaikan harga minyak mentah dan bahan pangan, katanya. Kenaikan harga minyak mentah yang diperkirakan akan bisa mencapai angka 125 dolar AS per barel akan mendorong pelaku dana menempatkan dananya di pasar komoditas itu, apalagi pertumbuhan ekonomi nasional cenderung agak tertahan. "Kami memperkirakan rupiah akan kembali mendapat tekanan pasar menjelang pemilihan umum (Pemilu) pada 2009 sehingga mengalami koreksi harga yang cukup tajam," katanya. Ia mengatakan, dolar AS kemungkinan akan kembali menguat, setelah beberapa lama tertekan terhadap yen dan euro yang masing-masing pada pekan lalu sempat mencapai angka 95,77 dan 1,5905. Dolar AS saat ini mencapai 100,70 yen dan terhadap euro menjadi 1,5433. Karena itu, lanjut dia, BI diharapkan akan tetap memantau di pasar uang untuk menahan gejolak negatif terhadap rupiah, karena tekanan pasar akan terus terjadi hingga pemilu. Apalagi BI juga memiliki cadangan devisa yang cukup besar untuk menjaga pergerakan rupiah agar tak terpuruk, ucapnya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008