"Sekolah mengajak polisi, ada kerja sama melakukan operasi gawai yang dibawa siswa. Ini membuat jera anak-anak jangan sampai main yang aneh-aneh," ujar Kasat Binmas Polrestabes Surabaya Kompol Muhammad Fatoni di Surabaya, Rabu.
Polisi juga melakukan penyuluhan agar pelajar cermat dan pandai mengelola informasi yang didapat dari berbagai media siber.
"Selain kolaborasi polisi Polrestabes dengan Diknas Surabaya melakukan razia bisa sebulan sekali, setiap hari Senin saat upacara kami berikan pesan-pesan," kata Fatoni.
Baca juga: Polrestabes Surabaya tembak mati tiga bandit spesialis pencuri motor
Baca juga: Aplikasi "Jogo Suroboyo" sudah diunduh lebih dari 3.000 pengguna
Baca juga: Polrestabes Surabaya lakukan penyuluhan cegah pencabulan anak
Sementara untuk mencegah masyarakat Surabaya terpengaruh paham radikal, personel kepolisian berusaha dekat dengan duduk ngobrol bersama.
Ada pun media sosial kerap dipakai untuk menyebarkan aktivitas yang berhubungan dengan kelompok teroris karena sifatnya yang terbuka untuk umum.
Sebelumnya, pakar siber dan digital forensik Ruby Alamsyah mengatakan media sosial yang sudah ada, seperti Twitter dan YouTube, dianggap cukup untuk melakukan misi untuk propaganda atau menjaring massa.
Apalagi platform media sosial yang disebut di atas memiliki jumlah pengguna yang banyak juga memiliki fitur yang dapat digunakan untuk membuat kelompok tertutup.
Media sosial seperti Twitter memiliki penyaringan untuk konten dengan kata kunci tertentu, tetapi menurut dia, ada kemungkinan akun yang berafiliasi dengan kelompok teroris menyamarkannya agar tidak terdeteksi.
Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2019