Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah mempertimbangkan pengaturan ekspor beras mengingat surplus produksi beras tidak terlalu besar.
"Perlu diwaspadai kalau beras mengalir keluar. Kita masih perlu pelajari karena sewaktu-waktu kita butuh bisa sangat besar. Kalaupun surplus, masih pas-pasan," kata Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Ardiansyah Parman di Jakarta, Senin.
Menurut dia, tim perberasan masih membahas langkah antisipasi yang perlu dilakukan untuk mencegah aliran beras keluar negeri.
"Kalau memang diperlukan untuk kepentingan nasional...kita bisa memperlakukannya seperti CPO (pengenaan Pungutan Ekspor). Itu alternatifnya, tapi belum ada keputusan. Itu kan instrumen yang tersedia. Kami masih membahas alternatif lainnya,"jelas Ardiansyah.
Harga beras internasional pekan lalu meroket hingga mencapai 618,5 - 745 dolar AS per ton untuk beras Filipina yang diekspor hingga ke pelabuhan tujuan. Harga beras Thailand kualitas patah 5 persen berada pada kisaran harga 530 - 550 dolar AS per ton, harga itu belum termasuk biaya angkut.
Tingginya harga beras di luar negeri itu dikhawatirkan mendorong terjadinya ekspor beras Indonesia mengingat harga beras di dalam negeri ditahan antara Rp4.750 - Rp6.000 per kg.
Direktur Bina Pasar dan Distribusi, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Depdag, Gunaryo mengatakan pemerintah tetap mempertahankan kestabilan harga beras di dalam negeri pada level tersebut.
"Memang harga luar negeri sedang tinggi, kita ada satu opsi untuk pengamanan di daerah sentra produksi tapi belum diputuskan," ujar Gunaryo tanpa mau menjelaskan lebih lanjut opsi tersebut.
Saat ini, pemerintah memang tidak mengatur ekspor beras mengingat beberapa tahun belakangan Indonesia masih mengimpor beras. Pada 2007, pemerintah mengeluarkan izin impor beras hingga 1,5 juta ton untuk pengamanan kebutuhan masa paceklik (September-Oktober).
"Sebenarnya beras tidak ada aturan ekspornya. Masa ketika surplus, ekspor mau dilarang. Yang penting pasokan diamankan saat panen raya dan sepertinya masih aman,"tambahnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka ramalan pertama produksi padi nasional 2008 sebesar 58,27 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) yang setara dengan 32,63 juta ton beras. Sedangkan konsumsi beras per kapita per tahun mencapai 139,15 kg atau sekitar 31,45 juta ton secara nasional. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008