Jakarta (ANTARA News) - Penyebaran penyakit flu burung di Indonesia selama periode 2004-2007 diperkirakan telah menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp4,1 triliun. Ketua Pelaksana Harian Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI), Bayu Krisnamurthi, di Jakarta, Senin, menjelaskan nilai estimasi itu dihitung berdasarkan data dampak penularan flu burung selama tahun 2004-2006 dengan menggunakan model standar Computable General Equilibrium (CGE). Menurut Bayu, dampak yang diperhitungkan adalah kerugian dalam bentuk banyaknya ayam yang dimusnahkan, berkurangnya permintaan terhadap produk unggas, berkurangnya konsumsi ayam dan telur di restoran, tambahan biaya yang dikeluarkan peternak dan pemerintah untuk penanganan flu burung serta berkurangnya kunjungan wisatawan. "Tapi itu belum termasuk kerugian akibat hilangnya kesempatan kerja dan berkurangnya konsumsi protein hewani masyarakat yang pada akhirnya akan mengakibatkan penurunan kualitas sumber daya manusia," katanya. Kerugian yang timbul akibat penularan infeksi virus Avian Influenza H5N1 itu, lanjut Bayu, diperkirakan terus meningkat jika penularan penyakit mematikan itu telah memasuki tahap pra-pandemi dan pandemi -- saat flu burung menular antar manusia secara luas. "Jika pandemi benar terjadi maka kerugian ekonomi akan semakin besar. Simulasi ekonomi dengan basis data tahun 2006 menunjukkan, kerugian langsung jangka pendek akan mencapai Rp14 triliun hingga Rp48 triliun. Kerugian jangka panjang akan jauh lebih besar," jelasnya. Lebih lanjut Bayu menjelaskan, guna menekan kerugian akibat penyebaran penyakit tersebut pemerintah hingga kini terus berusaha mengendalikan penularan flu burung pada unggas dan manusia. Penanganan flu burung di Indonesia pun, menurut dia, telah menunjukkan kemajuan baik secara kualitatif maupun kuantitatif baik dalam hal komunikasi, surveilans, penanganan pada unggas dan manusia serta persiapan menghadapi pandemi. "Kita terus berusaha, kalau sekarang hasilnya belum sesuai harapan tahun depan diintensifkan lagi, demikian pula pada tahun-tahun selanjutnya," kata Bayu. Sementara itu infeksi Avian influenza pada unggas, yang pertama kali dilaporkan terjadi tahun 2003, dengan cepat menyebar dan saat ini telah menjangkiti unggas di 31 dari 33 provinsi di Indonesia dan menjadi endemi di Jawa, Sumatera, Bali dan Sulawesi Selatan. Penularan flu burung dari unggas ke manusia juga masih terus terjadi. Menurut data Departemen Kesehatan, jumlah kumulatif kasus flu burung pada manusia hingga kini sebanyak 129 kasus dan 105 kasus diantaranya berakibat kematian. (*)
Copyright © ANTARA 2008