Jakarta (ANTARA) - Presiden Joko Widodo memamerkan "ikon" ibu kota Jakarta ke Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan.
"Presiden ingin menunjukkan pesatnya pembangunan di Indonesia dengan melewati kawasan yang menjadi ikon Ibu kota Indonesia, yaitu bundaran HI, karena di sini terdapat juga MRT," kata Deputi bidang Protokol, Pers dan Media Sekretaris Presiden Bey Machmudin di Jakarta, Rabu.
Baca juga: Jonan targetkan potensi investasi 5 miliar dolar dari UEA
Baca juga: Jonan tawarkan investasi SPBU kepada UEA
Baca juga: Presiden Jokowi jemput Putra Mahkota Abu Dhabi
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyambut kedatangan Putra Mahkota Sheikh Mohamed Bin Zayed Al Nahyan di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang. Sheikh Mohamed tiba menggunakan pesawat jenis Boeing 777 sekitar pukul 08.51 WIB dan langsung disambut Presiden di anak tangga terakhir pintu pesawat
Presiden Jokowi yang ditemani Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan itu lalu bersalaman dan berbincang hangat dengan Sheikh Mohamed sebelum menaiki mobil limosin yang sama.
"Sebelum menuju Bogor, rombongan terbatas Presiden dan Pangeran keluar dari jalan tol menuju Bundaran HI," tambah Bey.
Penjemputan khusus tersebut untuk membalas penjemputan yang juga dilakukan oleh Sheikh Mohammed bin Zayed Al-Nahyan saat Presiden Jokowi berkunjung ke Uni Emirat Arab pada 2015 lalu.
Setelah menjemput di Bandara Soetta, keduanya akan menuju ke Istana Kepresidenan Bogor untuk melakukan sesi foto bersama, penandatanganan buku tamu, penanaman pohon, tete-a-tete, pertemuan bilateral dan penandatanganan kerja sama.
Sejumlah kerja sama bakal dibahas. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan memastikan tiga kerja sama sudah pasti akan diteken dalam pertemuan itu.
Ketiganya adalah kerja sama di proyek pembangunan fasilitas pengolahan minyak atau proyek revitalisasi kilang (Refinery Development Master Plan/RDMP) di Balikpapan, Kalimantan Timur.
RDMP Balikpapan merupakan satu dari enam megaproyek kilang yang tengah dibangun PT Pertamina.
Kedua, kerja sama di pengembangan industri petrokimia dengan PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. Ketiga, kerja sama dengan PT Pelabuhan Indonesia Maspion di Surabaya, Jawa Timur.
Total nilai investasi dari tiga kerja sama tersebut mencapai 9 miliar dolar AS atau setara Rp125,5 triliun.
Selain tiga proyek tadi, Indonesia juga akan menawarkan 21 daftar investasi lagi ke UEA. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan total nilai investasi itu mencapai 91 miliar dolar AS (setara Rp1.274 triliun).
Salah satu proyek yang bakal ditawarkan adalah pengembangan destinasi pariwisata prioritas Indonesia, seperti Sei Mangkei, Simalungun dan Danau Toba (Sumatra Utara) serta Mandalika (Nusa Tenggara Barat).
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, neraca dagang Indonesia dengan UEA sejak 2017 tercatat defisit. Nilai defisit hingga semester I/2019 sebesar 287 juta dolar AS. Defisit berasal dari nilai impor UEA ke Indonesia mencapai 882,5 juta dolar AS, sementara ekspor Indonesia hanya berkisar 594,4 juta dolar AS.
Ekspor tertinggi Indonesia ke UEA disokong nonmigas, sementara impor tertinggi UEA berasal dari sektor migas.
Indonesia memandang Dubai, salah satu kota metropolitan UEA, sebagai hub perdagangan dunia. Oleh karena itu, Indonesia selama ini memanfaatkan peran Dubai untuk peningkatan ekspor produk pertanian dan buah-buahan.
Adapun ekspor komoditi yang digenjot Indonesia berupa suku cadang pesawat, produk dari kayu, batu berharga, makanan jadi, mesin kendaraan bermotor, dan seterusnya. Sementara impor UEA kebanyakannya adalah mesin, minyak bumi, pelumas, alumunium, bahan kimia, dan biji plastik.
Pewarta: Desca Lidya Natalia
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2019