Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, menguat karena para pelaku berspekulasi membeli rupiah, setelah harga minyak mentah dunia merosot hingga mendekati angka 100 dolar AS per barel.
Nilai tukar rupiah naik 10 poin menjadi Rp9.175/9.185 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu Rp9.185/9.196 per dolar AS.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan spekulasi membeli rupiah oleh pelaku pasar masih dalam jumlah yang kecil, karena pelaku menunggu data indikator ekonomi AS lebih lanjut.
Rupiah masih sulit untuk bisa menguat hingga di bawah angka Rp9.100 per dolar AS, meski bank sentral AS (The Fed) telah menurunkan suku bungannya sebesar 75 basis poin menjadi 2,25 persen, katanya.
Menurut dia, rupiah sulit untuk menguat lebih jauh hingga mendekati angka Rp9.100 per dolar AS, karena kenaikan suku bunga Fed fund sebelumnya telah diantisipasi pasar.
Sentimen positif dari eksternal itu tertahan oleh kenaikan harga minyak mentah dunia yang hampir mencapai angka 112 dolar AS per barel, sehingga kenaikan rupiah tidak seperti sebelumnya, setelah The Fed menurunkan suku bunganya, ucapnya.
Rupiah, lanjut dia, apabila tidak ada muncul isu positif lain kemungkinan akan kembali tertekan, jika harga minyak mentah dunia kembali menguat yang diperkirakan akan bisa mencapai angka 125 dolar AS per barel.
Karena itu, posisi rupiah yang berada di atas angka Rp9.100 dinilai cukup aman, ujarnya.
Apalagi, menurut dia, para investor asing saat ini sedang melepas minyak mentah dan emas kemudian membeli dolar AS, sehingga mata uang asing itu cenderung stabil terhadap yen dan menguat terhadap euro.
Dolar AS terhadap yen stabil pada 99,60 dan terhadap euro menguat 0,2 persen menjadi 1,5415.
Faktor utama tipisnya kenaikan rupiah, lanjut dia, karena pasar saham Asia tutup dan juga pasar Eropa menyambut hari Paskah, sehingga kegiatan pasar agak lesu.
Jadi minat beli terhadap rupiah juga kurang, karena aktivitas pasar melemah, ucapnya. (*)
Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008