Semarang (ANTARA News) - Masyarakat meminta pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), meskipun harga komoditas strategis ini di pasar internasional menyentuh 110 dollar AS per barrel sehingga memaksa besaran subsidi yang diberikan pemerintah membengkak."Pemerintah jangan menaikkan harga BBM. Beban hidup kami sudah berat karena hampir semua harga kebutuhan belakangan ini naik," kata Warsidi (43), pegawai perusahaan swasta di Kawasan Industri Wijaya Kusuma Semarang, Senin.Menurut dia, harga premium yang sekarang saja sebenarnya sudah mahal sehingga bila nanti dinaikkan akan menambah biaya operasional sehari-hari, padahal belum tentu semua perusahaan mau menyesuaikan upah pekerja setelah ada kenaikan harga BBM. Pengalaman selama ini, kata ayah dua anak itu, kenaikan harga BBM juga selalu dibarengi dengan kenaikan harga barang lainnya. "Sekarang ini harga BBM belum naik saja semua barang sudah naik, apalagi kalau harga BBM dinaikkan," katanya. Ahzab (29), buruh pembuatan mur dan baut di kawasan Tembalang Semarang menilai harga BBM yang sekarang, terutama bensin dan solar, sebenarnya sudah mahal sehingga bila nantinya akan dinaikkan lagi, banyak orang tidak kuat membeli premium. "Tidak mungkin saya naik bus untuk pergi bekerja, itu malah lebih boros lagi. Akan tetapi, kalau harga bensin dinaikkan, itu sama saja mengurangi pendapatan saya," kata pekerja yang tinggal di Mranggen, Kabupaten Demak itu. Lonjakan harga minyak dunia belakangan ini memang menyulitkan posisi pemerintah, sebab bila tidak diimbangi dengan penambahan besaran subsidi BBM, beban anggaran yang ditanggung semakin berat. Namun, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan M. Jusuf Kalla setelah menaikkan harga BBM dua tahun lalu sudah berjanji tidak akan menaikkan lagi, setidaknya hingga tahun 2009. Pemerintah saat ini juga tengah berusaha mengendalikan volume BBM bersubsidi agar tetap bisa bertahan pada kisaran 35,5 juta kiloliter pada tahun ini, atau tidak melambung menjadi 37 juta kiloliter. Pengamat ekonomi Undip Semarang, Nugroho S.B.M. mengatakan, kenaikan harga BBM selalu memukul ekonomi kalangan bawah, terutama buruh kecil berpenghasilan tetap.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008