Pangkalan, Sumbar (ANTARA News) - Suasana penuh ceria dan bahagia tampak diantara kerabat dan keluarga Rona Rianti (21) dan Ikhsan (37), dua mempelai yang hendak duduk bersanding di pelaminan pesta perkawinan mereka di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat.Namun siapa menyangka, mereka yang hendak berbahagia setelah menjalani akad nikah pada Jumat (21/3) itu, pada pesta penikahannya yang digelar Sabtu (22/3) justru menemui situasi mencekam ketika bukit Baringin yang berada tepat di depan rumah mereka longsor.Keceriaan pun berubah menjadi jeritan histeris saat tanah longsor yang terjadi sekira pukul 11.35 WIB tersebut menimbun bagian depan rumah mereka serta sebuah bangunan warung. Tidak cukup sekali, selang 2,5 jam tepatnya pukul 14.00 longsor susulan pun terjadi.Rona Rianti ketika ditemui Minggu (23/3) di rumah saudara ibunya, mengaku cukup terpukul dengan peristiwa longsor yang terjadi saat hari pesta perkawinannya, namun apa hendak dikata. Perempuan berkulit kuning lansat itu menuturkan bahwa dirinya tidak mendapat firasat atau menemukan tanda-tanda "yang aneh" menjelang berlangsungnya pesta perkawinan mereka. "Saya saat tanah longsor yang menimbun tenda dan warung tersebut, sedang berdandan dalam kamar untuk siap-siap menuju rumah "bako" --saudara kandung perempuan bapaknya--," tutur Rona dan baru tahu material longsor sudah sampai di pintu utama ruang depan itu, ketika keluarga lainnya menjadi histeris sambil berlari ke bagian belakang rumah, guna menghindari tertimbun longsor. Sebab, siang itu sebagian dari anggota keluarganya sudah berkumpul dan teman-teman seprofesi ibunya --guru-- mulai berdatangan, namun kenyataan lain, para tamu pun berhamburan menghindari material longsor itu. Ikhsan menuturkan, cukup terkejut ketika mendapat informasi longsor di depan rumah mertuanya itu, sehingga tanpa pikir panjang langsung saja menuju rumah istrinya (Rona) yang berjarak sekitar satu kilometer dari rumah saudaranya. Pria pegawai perusahaan swasta di Jakarta itu, awalnya sudah berencana selesai pesta perkawinan ingin membawa istrinya pada 1 April 2008 ke Jakarta. Namun atas bencana yang terjadi belum tentu kapan kembali ke tempat kerjanya. Ermitati (43) menuturkan, walau tampak sedih, tetap berupaya menceritakan mula terjadi bencana longsor pada hari kebahagian anaknya itu. Tanah longsor yang menimbun tenda biru anaknya itu, mulai terjadi saat dia mempersiapkan buku tamu sembari memberi tahu cara melayani kepada anaknya bungsunya, yaitu Stepani (17). Perempuan paruh baya itu, melanjutkan, ketika dia menoleh ke arah bukit yang ada di depan rumahnya itu, terlihat tanah di tebing sisa longsor pertama kembali bergoyang dan begitu cepat menutupi badan jalan sehingga truk muatan semen 16 ton terseret hingga depan rumah dan menghancurkan pentas dan tenda biru untuk tamu. "Saya mencoba menatap lebih lama, tetapi gerakan tanah di lereng bukit tersebut terus turun, sembari tak luput menyebut nama Allah, SWT," tuturnya dan menambahkan, karena material longsor kian mendekati rumah lalu keluarga berhamburan lari . Begitu juga para tamu yang baru datang, namun masih untung tak ada yang korban jiwa. Pesta Dilanjutkan Sungguhpun suasana haru masih terlihat jelas di wajah keluarga Ermitati (43) dan Yunizar (46) beserta kedua mempelai mereka tetap melanjutkan resepsi perkawinan putri sulungnya itu. Kondisi memang jauh berbeda dengan rencana awal, hanya marawah pertanda ada pesta perkawinan tetap berdiri pada pinggir jalan di rumah adiknya di kawasan kilometer 170 lokasi longsor yang menyebabkan arus lalu lintas Sumbar-Riua terputus selama 24 jam lebih. Perempuan paruh baya itu, tidak kuasa menahan air matanya, sembari tetap dengan nada lembut bertutur, bahwa dia sekeluarga cukup terpukul dengan bencana longsor tersebut. Rencana pada Minggu (23/3) sekitar 300-an undangan yang disebarkannya akan mendatangi pesta perkawinan anaknya. Dia melanjutkan, memang pesta tetap dilanjutkan, tetapi suasana dan pelayanan serta menu sudah berubah, karena perlengkapan banyak yang rusak akibat tertimbun tanah longsor. Namun, mudah-mudahan saja para tamu tidak enggan datang dengan hidangan yang sederhana saja. "Kami pun masih diselimuti kebingungan, harus berbuat apa," tuturnya kendati mengatakan kursi untuk tamu pun tak tersedia. Perempuan juga merupakan pengajar di Sekolah Dasar (SD) Manggilang, Pangkalan, Kabupaten Lima Puluh Kota itu, mengalami luka lecet pada kaki dan tangannya, karena berlari saat tanah longsor itu. Yunizar (46) bapak mempelai perempuan itu, menuturkan, acara pesta perkawinan putri sulungnya tetap dilangsungkan walaupun jauh dari harapan, karena awalnya sudah tersedia tenda biru dan perlengkapan musik orgen tunggal, tetapi setelah tenda dan bagian depan rumah dihantam longsor, suasana berubah total. Pria yang keseharian berdagang barang kebutuhan sehari-hari itu, menyebutkan, yang cukup menyedihkan, selama ini tak pernah terjadi longsor di Bukit Baringin itu, Longsor terjadi akibat hujan lebat dan bencana itu juga dipicu aktivitas pengambilan batu oleh warga di puncak bukit.Lumpuh 24 Jam Bencana longsor yang terjadi di kilometer 170 pada ruas jalan rute Payakumbuh, Sumbar - Pekanbaru, Riau itu telah mengakibatkan lalu lintas di jalur itu lumpuh. Selain itu, sedikitnya 1000 kendaraan kendaraan angkutan kota antarprovinsi, truk dan minibus serta kendaraan roda dua, terjebak macet selama 24 jam lebih dan baru bisa lewat, Minggu (23/3) sekitar pukul 13.50 WIB. Tanah longsor sepanjang 150 meter itu terjadi pada pukul 11.30 WIB dan 14.00 WIB itu, dua warung, satu rumah warga, empat kendaraan roda dua serta satu truk bermuatan semen 16 ton tertimbun, namun tidak ada korban jiwa akibat bencana tanah longsor itu. Selama 24 jam, empat alat berat berupaya menyingkirkan material longsor pada badan jalan yang berada di kawasan perbukitan itu. Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Prasarana Jalan Provinsi Sumbar, wilayah Kota Payakumbuh, Ir. Isman, di lokasi menyebutkan, kendaraan antri yang sudah berlangsung sejak Sabtu siang, namun sebagian juga sudah mengalihkan rutenya ke Jalan Lintas Sumatera Bagian Tengah melalui jalur Kiliran Jao (Sumbar) - Teluk Kuantan (Riau). "Kita sudah membuat pemberitahuan di persimpangan jalan Kota Payakumbuh, bahwa jalan jalur Sumbar-Bengkulu terputus total," katanya. Tanah longsor terjadi akibat hujan sejak tiga hari terakhir yang terus mengguyur daerah tersebut dengan intensitas tinggi. Pihak Prasarana Jalan Sumbar, sudah mengeluarkan imbauan kepada pengemudi kendaraan untuk hati-hati saat melintas di rute Sumbar menempuh jalan kelok sembilan menuju Pekanbaru (Riau), apalagi ketika musim curah hujan tinggi.(*)
Oleh Oleh Siri Antoni
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2008