Jakarta (ANTARA News) - Para gubernur bank sentral se-Asia Tenggara (SEACEN) menyatakan akan tetap melanjutkan pendalaman pasar keuangan, meski masih terjadi guncangan di sektor tersebut. "Para Gubernur mencermati bahwa pendalaman sektor keuangan di negara-negara anggota SEACEN telah ditandai struktur yang semakin terdiversifikasi, berkembang dari sistem keuangan yang terpusat pada perbankan menjadi sistem keuangan berdasarkan pasar yang lebih canggih. Perkembangan tersebut diharapkan dapat terus berlanjut walaupun dalam turbulensi keuangan internasional sebagaimana yang terjadi akhir-akhir ini," demikian komunike bersama SEACEN seusai melaksanakan konperensi SEACEN ke-43 dan Pertemuan Dewan Gubernur SEACEN ke 27 di Jakarta, Indonesia, Sabtu, yang diterima ANTARA. Para Gubernur menyatakan, lembaga-lembaga keuangan yang lebih kuat dan risiko yang semakin terdiversifikasi akan dapat memperkuat ketahanan ekonomi suatu negara terhadap gejolak. Namun, pendalaman sektor keuangan harus dilakukan dengan urutan langkah-langkah (sequencing) yang tepat. "Para gubernur menggarisbawahi adanya risiko ekses likuiditas dan kompleksitas yang berlebihan jika inisiatif pendalaman sektor keuangan dilakukan tanpa adanya kerangka kerja pengawasan yang memadai dan pengaturan yang kuat," tulis komunike tersebut. Mereka mencatat disiplin pasar, kaidah kehati-hatian dan fungsi pengawasan dalam sektor keuangan sangatlah penting. "Namun demikian, fleksibilitas tetap dibutuhkan untuk dapat mendorong inovasi dalam bidang keuangan, fungsi pengaturan yang lebih kuat, dan tata kelola perusahaan (corporate governance) yang lebih baik," tulis komunike tersebut. Untuk itu, para gubernur sepakat meningkatkan pengawasan, termasuk implementasi Basel II, penguatan di berbagai bidang serta memantapkan konsolidasi pengawasan. Mereka memberi perhatian besar akan perlunya untuk memperkuat pengawasan pasar keuangan guna meningkatkan kemampuannya dalam merespon gejolak secara tepat-waktu. "Kerjasama regional juga dapat mendorong perkembangan dan meningkatkan ketahananpasar-pasar keuangan regional," tulis komunike tersebut. Perlambatan ekonomi Komunike tersebut juga menyatakan, para gubernur memperkirakan perekonomian dunia 2008 dan 2009 melambat dimana AS akan melambat secara tajam. Sedangkan uni Eropa dinilai melambat moderat. Mereka juga memperkirakan inflasi akan meningkat lebih tinggi. Sementara bagi Asia, perlambatan pertumbuhan ekonomi diperkirakan dapat diredam oleh perdagangan antar negara di Asia. Mereka menilai perlunya dana moneter internasional (IMF) untuk melanjutkan perbaikan dalam menjalankan fungsi pengawasannya (surveillance) agar dapat menjawab dengan lebih baik tantangan perekonomian global yang muncul akhir-akhir ini. Sementara itu, SEACEN merupakan perkumpulan bank sentral se-Asia Tenggara dengan keanggotaan meliputi bank sentral Brunei Darussalam (Kementerian Keuangan), Kamboja (National Bank of Cambodia), Fiji (Reserve Bank of Fiji), Indonesia (Bank Indonesia), Korea (The Bank of Korea), Malaysia (Bank Negara Malaysia). Selain itu juga, Mongolia (The Bank of Mongolia), Myanmar (Central Bank of Myanmar), Nepal (Nepal Rastra Bank), Papua New Guinea (Bank of Papua New Guinea), Filipina (Bangko Sentral ng Pilipinas), Singapura (Monetary Authority of Singapore), Sri Lanka (Central Bank of Srilanka), Taiwan (Central Bank of The Republic of China). Serta Thailand (Bank of Thailand), dan Vietnam (State Bank of Vietnam). Dua negara yang berstatus pengamat (participating observers) adalah Laos (Bank of Lao PDR) dan Tonga (National Reserve Bank of Tonga). SEACEN menggelar konferensi yang ke-43 dan pertemuan ke-27 di Jakarta, dengan Bank Indonesia sebagai tuan rumah. Dalam pertemuan yang digelar 21-22 Maret 2008 tersebut Gubernur Bank Indonesia Burhanuddin Abdullah ditunjuk sebagai ketua (Chairman) untuk seluruh agenda pembahasan. (*)

Copyright © ANTARA 2008