Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia Persero Tbk (BNI) menyatakan mulai memitigasi risiko kredit yang disalurkan kepada anak usaha dari Duniatex Group, sebuah konglomerasi besar dari Indonesia di bidang tekstil.
Perseroan ingin mengantisipasi potensi kredit yang dipinjam Duniatex masuk dalam kategori kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL).
Direktur Manajemen Risiko BNI Bob Tyasika Ananta di Jakarta, Kamis mengatakan saat ini kredit kepada anak usaha Duniatex yang telah disalurkan sebesar Rp459 miliar. Pinjaman itu terdiri dari kredit sindikasi Rp301 miliar dan juga kredit bilateral sebesar Rp158 miliar.
Adapun hingga jangka waktu kewajiban Duniatex periode Juni 2019, pembayaran angsuran kredit masih normal atau tergolong kolektibilitas tahap pertama.
“Adanya kejadian ini, BNI lakukan antisipasi pada Juli 2019 pembayarannya seperti apa,” kata Bob.
Kejadian yang dimaksud Bob adalah informasi dari pasar keuangan internasional bahwa anak usaha Duniatex, Delta Dunia Sandang Tekstil, dikabarkan gagal membayar bunga dan pokok surat utang global dengan total nilai 11 juta dolar AS.
Bob menegaskan bahwa perseroan juga menguasai aset yang dijadikan jaminan oleh Duniatex untuk mendapatkan kredit. Nilai jaminan kredit itu mencapai 2,5 kali lipat dari total kredit yang disalurkan BNI.
“Ini kami baru saja terjadi ya. Kami sedang bicarakan dengan pemiliknya untuk mencarikan investor. Kita lihat seperti apa,” kata Bob.
Menurut Bob pembiayaan untuk industri tekstil berkontribusi 7-9 persen dari portofolio kredit perusahaan.
Setelah kabar gagal bayar obligasi dari Delta Dunia Sandang Tekstil, S&P Global Ratings mengumumkan untuk memangkas peringkat utang perusahaan sebesar enam level dari BB- menjadi CCC- dengan alasan tantangan likuiditas di perusahaan.
Lembaga pemeringkat Fitch Ratings juga menurunkan peringkat kredit Delta Merlin Dunia Textile dmenjadi B-. Fitch menyoroti tekanan pembiayaan kembali dan risiko likuiditas yang dihadapi perusahaan.
Baca juga: Biaya dana meningkat, laba BNI tumbuh tipis 2,7 persen semester I
Baca juga: Kemenperin bidik industri tekstil surplus signifikan
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019