“Kami melihat industri TPT nasional masih tumbuh dengan baik, apalagi surplusnya signifikan. Kalau masih ada impornya, yaitu bahan baku untuk diolah lagi di dalam negeri sehingga meningkatkan nilai tambah dan mendorong perekonomian nasional,” kata Direktur Industri Tekstil, Kulit, dan Alas Kaki Kemenperin Muhdori lewat keterangannya di Jakarta, Selasa.
Kemenperin mencatat kinerja ekspor industri TPT nasional dalam kurun tiga tahun terakhir terus menanjak. Pada tahun 2016, berada di angka 11,87 miliar dolar kemudian di tahun 2017 menyentuh 12,59 miliar dolar AS dengan surplus 5 miliar dolar AS. Tren ini berlanjut sampai dengan 2018 dengan nilai ekspor 13,27 miliar dolar AS.
Sementara itu, pada periode Januari-Mei 2019, ekspor produk TPT nasional tercatat 5,63 miliar dolar AS atau naik dibanding capaian di periode yang sama tahun lalu di angka 5,61 miliar dolar AS. Komposisi produk yang diekspor tersebut mayoritasnya adalah pakaian jadi (63,1 persen), kemudian ada pula benang, serat dan kain.
Menurut Muhdori, untuk mencapai target ekspor tahun ini, dibutuhkan penambahan investasi baru dan ekspansi di setiap sektor industri TPT.
Peningkatan kapasitas di seluruh sektor industri TPT ini diharapkan dapat menimbulkan efek ganda, yaitu penurunan impor melalui substitusi impor dan dukungan terhadap penyerapan tenaga kerja.
“Kami memproyeksi nilai investasi yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran tersebut, yakni sebesar Rp74,5 triliun. Dari investasi ini, kami memperkirakan tenaga kerja yang diserap sektor industri TPT bisa mencapai 4,11 juta orang,” paparnya.
Muhdori optimistis, industri TPT nasional semakin kompetitif di kancah global karena telah memiliki daya saing tinggi.
Hal ini didorong lantaran struktur industrinya sudah terintegrasi dari hulu sampai hilir dan produknya juga dikenal memiliki kualitas yang baik di pasar internasional.
“Berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri TPT merupakan satu dari lima sektor manufaktur yang sedang diprioritaskan pengembangannya sebagai sektor pionir dalam penerapan industri 4.0,” imbuhnya.
Aspirasi besar yang akan diwujudkan Indonesia adalah menjadikan industri TPT nasional masuk jajaran lima besar perusahaan kelas dunia pada tahun 2030.
Saat ini, potensi industri TPT nasional didukung dari sektor hulu, yakni sebanyak 33 industri dengan kapasitas produksi 3,31 juta ton per tahun.
Kemudian di sektor antara, ditopang melalui 294 industri untuk pemintalan (spinning) dengan kapasitas produksi 3,97 juta ton per tahun, kemudian ditunjang pula dari sektor weaving, dyeing, printingdan finishingsebanyak 1.540 industri skala besar serta 131 ribu industri kecil dan menengah (IKM) dengan total kapasitas produksi 3,13 juta ton per tahun.
Sementara itu, di sektor hilir, terdapat produsen pakaian jadi dengan jumlah 2.995 industri skala besar dan 407 ribu IKM. Total kapasitas produksi mencapai 2,18 juta ton per tahun.
Adapun produsen tekstil lainnya dengan jumlah 765 industri dan kapasitas produksi 0,68 juta ton per tahun.
Baca juga: Pertumbuhan industri tekstil dan pakaian tembus 18 persen
Baca juga: Kemenperin sebut Ramadhan bantu dongkrak industri tekstil dan makanan
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2019