Pangkalan (ANTARA News) - Sedikitnya seribu kendaraan angkutan kota antar-provinsi, truk dan minibus serta kendaraan roda dua, masih antri kurang lebih enam kilometer di arah yang berlawanan di Nagari Lubuk Jantan, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumbar, karena tanah longsor sepanjang 150 meter di kilometer 170 di jalur Sumatera Barat-Pekanbaru (Riau) hingga Minggu dinihari belum selesai dibersihkan. Akibat tanah longsor dari Bukit Baringin yang terjadi pada pukul 11.30 WIB dan 14.00 WIB itu, dua warung, satu unit rumah warga, empat unit kendaraan roda dua serta satu truk bermuatan semen tertimbun, namun tidak ada korban jiwa akibat bencana tanah longsor itu, demikian informasi yang dihimpun ANTARA News di lokasi longsor, Minggu. "Kini empat unit alat berat sedang menyisihkan tanah longsor dan diperkirakan pada Minggu pagi atau sekitar pukul 05.00, bisa dilewati kendaraan, sepanjang cuaca tidak hujan," kata Pejabat Pembuat Komitmen Dinas Prasarana Jalan Provinsi Sumbar, wilayah Kota Payakumbuh, Ir. Isman, di lokasi. Dia menjelaskan, empat unit sepeda motor yang sedang diparkir di satu rumah warga itu, sudah berhasil diambil secara manual oleh warga. Hingga berita ini diturunkan tanah longsor yang masih tersisa sekitar 25 meter. Terkait kendaraan antri yang sudah berlangsung sejak Sabtu siang, namun sebagian juga sudah mengalihkan rutenya ke Jalan Lintas Sumatera Bagian Tengah melalui jalur Kiliran Jao (Sumbar) - Teluk Kuantan (Riau). "Kita sudah membuat pemberitahuan di persimpangan jalan Kota Payakumbuh, bahwa jalan jalur Sumbar-Bengkulu terputus total," katanya. Tanah longsor terjadi akibat hujan sejak tiga hari terakhir yang terus mengguyur daerah tersebut dengan intensitas tinggi. Ahmad, 50, seorang pengemudi kendaraan yang menuju Kota Pekanbaru, terjebak macet di kawasan jalan yang tertimbun longsor itu, mengaku sudah sejak Sabtu siang sekitar pukul 12.00 WIB di kawasan tersebut. "Saya memilih bertahan hingga pengerjaan pembersihan material longsor selesai," katanya dan menambahkan, karena jika menempuh jalur Kiliran Jao-Teluk Kuantan terlalu jauh. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008