Padang (ANTARA News) - Tanah longsor di jalur darat penghubung Lima Puluh Kota, Sumbar - Kota Pekanbaru (Riau), tepatnya di kilometer 170 kembali terjadi pada Sabtu sore dengan panjang sekitar 75 meter dan ketinggian material memenuhi badan jalan tujuh sampai delapan meter, yang membuat arus transportasi terputus total. "Pembersihan material longsor yang terjadi Sabtu pagi belum tuntas dan sorenya kembali bertambah, akibatnya panjang longsor di kawasan rute Sumbar-Pekanbaru (kilometer 170) menjadi 150 meter," kata Kepala Dinas Prasarana Jalan Provinsi Sumbar Dody Ruswandi melalui telepon selulernya kepada ANTARA News di Padang, Sabtu. Dia menjelasakan, kini tiga unit alat berat --loader dan excavator-- dan puluhan petugas di lokasi sedang berupaya membuang material tanah longsor yang menutup badan jalan itu. Pihaknya juga mengerahkan dua unit alat berat lagi, guna mempercepat upaya menyisikan material longsor yang diperkirakan tujuh-delapan meter itu. "Jalur Sumbar-Pekanbaru diperkirakan akan bisa ditembus oleh kendaraan pada tengah malam dan kini kendaraan terjebak macet cukup panjang," kata Dody sembari berharap, mudah-mudahan curah hujan lebat tidak berkepanjangan, sehingga petugas dapat bekerja dengan lancar. Arus transportasi darat jalur Sumatera Barat - Pekanbaru (Riau) terputus total sejak Sabtu siang sekitar pukul 11.35 WIB, karena badan jalan pada km 170 atau tepatnya pada lokasi pengambilan batu oleh masyarakat Pangkalan Lima Puluh Kota, Sumbar, tertimbun tanah longsor. Sebelum longsor pada km 170 di wilayah Sumbar itu, pada Kamis malam lokasi badan jalan longsor di Km 207 di wilayah Provinsi Riau. Akibatnya arus lalulintas Jumat sempat macet, karena badan jalan yang bisa dilewatinya hanya sekitar empat meter dari lebar normalnya 12 meter. Sebagian pengemudi kendaraan juga mengalihkan rutenya ke Jalinsum Sumatera bagian tengah, yakni Kiliran Jao, Kab. Sijunjung - Teluk Kuatan Prov. Riau. Curah hujan tergolong tinggi di wilayah Sumbar, sehingga potensi terjadinya longsor pada tebing-tebing di sisi jalan cukup besar.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008