Pontianak (ANTARA News) - Bambang Sunarso, 36, wartawan Suara Kalbar Post, Sabtu, sekitar pukul 06.45 WIB, mengaku diancam menggunakan pistol oleh seorang oknum tentara berinisial S di Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Entikong, Sanggau, diduga terkait mencuatnya pemberitaan ratusan warga di Desa Suruh Tembawang yang pindah kewarganegaraan menjadi Warga Negara (WN) Malaysia.
Bambang yang sehari-hari bertugas di Kabupaten Sanggau terutama Entikong, bersama wartawan dari ANTARA, Kompas dan RRI Cabang Pontianak, selama lima hari, dari tanggal 14-18 Maret melakukan peliputan ke perbatasan Indonesia - Malaysia di Desa Suruh Tembawang, Entikong, Sanggau.
Dalam liputan itu terkuak pindahnya ratusan warga desa tersebut menjadi WN Malaysia selama dua dekade terakhir karena keterbatasan infrastruktur dan keterbelakangan ekonomi di perbatasan Indonesia.
Bambang yang juga Koordinator Daerah (Korda) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Reformasi Bidang Hubungan Antarlembaga dan Luar Negeri Wilayah Kalbar itu mengatakan bahwa oknum tersebut dimarahi pimpinannya karena pemberitaan hijrahnya WNI menjadi WN Malaysia itu mencuat kembali.
"Ia menduga saya yang menjadi penyebab berita itu," kata Bambang. Ia mengatakan, selain dimaki-maki di depan umum, juga bagian perutnya "disodok" pistol oleh oknum tersebut.
Meski setelah kejadian itu oknum tersebut dan pimpinannya telah meminta maaf secara pribadi, namun Bambang tetap menyesalinya dan meminta tidak terulang kembali.
"Adalah contoh buruk tentang pers dan pemberitaan," kata Bambang. Menurut Bambang, seharusnya semua pihak dapat memahami tugas dan fungsi insan pers yang bekerja semata-mata untuk publik tanpa intervensi dan intimidasi. "Sesuai UU No 40 tahun 1999 tentang Pers, pers harus bekerja tanpa intervensi dan intimidasi," kata Bambang.
Desa Suruh Tembawang berjarak sekitar 64 kilometer dari Pos Pemeriksaan Lintas Batas (PPLB) Entikong. Terdiri atas delapan dusun yakni Gun Tembawang, Gun Jemak, Suruh Tembawang, Pool, Sekajang, Badat Baru, Badat Lama dan Senutul dengan total penduduk 2.745 jiwa. Sebelah timur, desa itu berbatasan dengan Sarawak, barat dengan Kabupaten Landak, Selatan Kabupaten Bengkayang, dan utara dengan Desa Pala Pasang.
Menuju pusat pemerintahan desa yakni di Dusun Suruh Tembawang bukan perkara mudah dan murah karena tidak ada sarana transportasi darat yang tersedia. Satu-satunya jalan adalah menyusuri Sungai Sekayam menuju bagian hulu dari Entikong.
Biaya satu kali keberangkatan, berkisar Rp800 ribu - Rp1 juta menggunakan perahu motor berkekuatan 15 tenaga kuda. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008