Jakarta (ANTARA) -

Pemerintah Palestina meminta Indonesia mendukung kemandirian ekonomi negara tersebut melalui peningkatan kerja sama perdagangan dan investasi.

Fokus pemerintah Palestina untuk mengupayakan kedaulatan ekonomi dan melepaskan diri dari ketergantungannya kepada Israel ditegaskan oleh Direktur Pengembangan Perdagangan Kementerian Perekonomian Nasional Palestina Jawad Almuty dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa.

“Maka kami berkunjung ke Indonesia untuk memperkuat hubungan kedua negara sehingga kami bisa terlepas sepenuhnya dari pengaruh perekonomian Israel,” kata Jawad.

Dukungan dari berbagai negara, termasuk Indonesia, sangat dibutuhkan Israel karena negara di Timur Tengah itu menghadapi berbagai tantangan akibat pendudukan Israel.

Pendudukan ilegal yang dilakukan Israel bahkan disebut Jawad telah berdampak signifikan terhadap perekonomian Palestina.

Karena itu, Palestina berupaya mempererat hubungan ekonomi dengan Indonesia, antara lain dengan mengusulkan pembebasan bea masuk bagi 61 produknya---menyusul penghapusan bea masuk yang diberikan Indonesia bagi produk kurma dan zaitun asal Palestina.

Selain itu, Palestina juga mengundang pelaku bisnis Indonesia untuk berinvestasi bagi pengembangan kawasan industri di daerah Hebron dan Jericho.

Palestina sendiri telah menetapkan tiga sektor prioritas untuk investasi yaitu pariwisata, teknologi informasi, serta produksi barang-barang konsumsi.

Menurut Direktur Kebijakan Perdagangan pada Pusat Perdagangan Palestina Shadi Shaheen, dukungan bagi kemandirian ekonomi Palestina akan semakin menyokong kekuatan politik negara tersebut.

Terlebih, kata dia, industri Palestina semakin berkembang dengan produk-produk yang kualitasnya diakui secara internasional.

“Produk makanan halal kami, misalnya, sudah mendapat penghargaan dari lembaga sertifikasi halal Malaysia saat kami mengikuti pameran di Kuala Lumpur tahun lalu,” kata Shadi.

Sementara itu, Ketua Komite Tetap Timur Tengah dan Negara-negara OKI Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Fachry Thaib menyatakan Indonesia masih fokus pada bidang perdagangan, dibandingkan investasi.

Peningkatan ekspor Indonesia ke Palestina saat ini menjadi fokus utama mengingat nilai perdagangan kedua negara dinilai kecil, hanya sebesar 5 juta dolar AS per tahun.

Selain ekstrak, esens, konsentrat kopi, dan teh yang telah mendominasi ekspor Indonesia ke Palestina, peluang lain bisa digarap dari industri otomotif dan elektronik.

“Kita akan meningkatkan ekspor barang-barang industri seperti mobil yang dirakit di Indonesia. Kan mobil hasil rakitan Indonesia banyak digunakan di Dubai dan Jordania sebagai taksi atau mobil pribadi, kenapa tidak (dipasarkan) ke Palestina sekalian,” kata Fachry.

Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019