Waisai (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Papua Barat menggelar seminar sehari tentang analisis dampak ekonomi pengelolaan kawasan lindung dan pariwisata terhadap masyarakat terutama Orang Asli Papua.
Seminar yang berlangsung di Aula kantor Bappeda Raja Ampat, Selasa, melibatkan lembaga-lembaga yang bergerak di bidang konservasi maupun sektor pariwisata di Kabupaten Raja Ampat.
Seminar tersebut bertujuan menganalisis perubahan kondisi ekonomi masyarakat Asli Papua yang memanfaatkan sumber daya alam di kawasan Raja Ampat, Teluk Triton Kabupaten Kaimana, dan Kabupaten Pegunungan Arfak.
Peneliti Badan Peneliti dan Pengembangan Daerah Provinsi Papua Barat, Jonni Marwan, mengatakan tiga hal penting dalam pembangunan berkelanjutan dalam konteks tata ruang, yaitu kawasan lindung, hutan lindung dan kawasan konservasi.
Selama ini, kata dia, kajian-kajian yang dilakukan terhadap pembangunan berkelanjutan kawasan konservasi seperti di Raja Ampat telah dilakukan oleh NGO. "Terutama kajian-kajian dalam rangka peningkatan ekonomi, kehidupan sosial dan budaya masyarakat Papua Barat," ujarnya.
Kepala Badan Penyelenggara Pembangunan Daerah Raja Ampat, Rahman Waeroy yang memberikan keterangan terpisah, mengatakan seminar analisis dampak ekonomi dalam pengelolaan kawasan lindung dan pariwisata terhadap masyarakat yang berlangsung di Raja Ampat tersebut difokuskan untuk merancang pembangunan berkelanjutan.
Menurut dia, konsep pembangunan berkelanjutan, khususnya di Raja Ampat melibatkan masyarakat asli Papua. "Melalui kegiatan seminar ini, pemerintah daerah dapat merancang bagaimana program keterlibatan orang asli Papua yang ada di Raja Ampat dalam pengelolaan Sumber Daya Alam yang ada di dalam maupun di luar kawasan lindung," kata dia.*
Baca juga: Tiga kampung Raja Ampat masuk nominasi ISTA
Baca juga: Jayapura adopsi konsep pariwisata Raja Ampat
Pewarta: Ernes Broning Kakisina
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019