Jakarta (ANTARA News) - Berbeda dengan peringatan Hari Meteorologi Dunia tahun lalu, maka pada tahun ini dipastikan tidak akan ada peringatan resmi di Istana Negara yang dipimpin Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Sri Woro Harijono ketika dihubungi oleh ANTARA News, di Jakarta, Sabtu.Setiap tanggal 23 Maret, sekitar 188 negara/lembaga anggota Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) memperingati Hari Meteorologi Dunia, dan pada tahun ini merupakan tahun peringatan yang ke-58.Untuk Hari Meteorologi Dunia tahun 2008, WMO mengangkat tema "Observing Our Planet for Better Future", yang tujuannya memperkuat kembali kemampuan pemantauan terhadap cuaca dan iklim demi perbaikan kualitas kehidupan pada masa datang. "Tahun ini kami menyelenggarakan peringatan Hari Meteorologi Dunia dengan pameran produk-produk BMG dan sertifikasi alat ukur oleh BMG," kata Sri Woro. Agenda utama lainnya adalah peluncuran "Tropical Cyclon Monitoring Center", lanjutnya, sebuah pusat pemantauan siklon tropis, pada Senin (24/3). Acara peluncuran ini akan dihadiri oleh perwakilan Kedutaan Besar Australia untuk Indonesia. "Karena kita punya kerja sama dengan mereka," tambah alumni IPB (Institut Pertanian Bogor) jurusan Mekanisasi Pertanian dan jurusan Agroklimat ini yang pernah bertugas di BPP Teknologi . Senada dengan tema Hari Meteorologi Dunia 2008, BMG pun mengusung program pengembangan sistem observasi untuk ketepatan prediksi cuaca dan iklim di Tanah Air. Pada 20 Februari 2008, BMG telah menerima Sertifikat Akreditasi dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Pusat Sistem Instrumentasi dan Kalibrasi (Pusinkal) yang telah secara konsisten mengimplementasikan ISO/IEC 17025:2005. Dalam acara penyerahan sertifikat itu, Dr Sunarya selaku Sekjen KAN menjelaskan Pusintal BMG telah lulus proses uji kompetensi penerapan standar internasional untuk laboratorium meteorologi, sehingga hasil kalibrasi yang dilakukan BMG akan diakui secara regional dan internasional. Unsur yang diuji kompetensinya ada empat aspek, pertama soal manajemen apakah bisa memberikan data yang konsisten atau tidak. Aspek berikutnya adalah terkait personel laboratorium, mereka harus tahu standar-standar yang baku termasuk hal yang teknis maupun manajemen. Dan aspek ketiga adalah peralatan yang dikalibrasi oleh instansi yang memegang standar internasional, dan terakhir adalah terkait dengan metode yang digunakan oleh laboratorium tersebut.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008