Magelang (ANTARA News) - Ratusan umat Katolik lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah melakukan jalan salib di alam terbuka meskipun hujan deras mengguyur kawasan itu, Jumat (21/3). Doa jalan salib dalam rangka prosesi Jumat Agung untuk memperingati kematian Yesus Kristus di kayu salib itu dipimpin Kepala Gereja Paroki Santa Maria Fatima, Desa Sumber, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang, Romo Vicensius Kirjito, Pr. Umat berjalan kaki dari dusun terakhir di kawasan Barat Gunung Merapi, di Dusun Gemer, Desa Ngargomulyo, Kecamatan Dukun, melewati jalan makadam, di tengah hutan, dan berakhir di lokasi penambangan pasir manual Merapi, di aliran Kali Lamat yang aliran airnya berhulu di kaki Merapi. Prosesi jalan salib berjarak sekitar lima kilometer. Umat laki-laki dan perempuan, baik anak-anak, pemuda, pemudi, maupun orang tua membawa payung mengenakan caping bambu dan jas hujan selama doa untuk merenungkan penderitaan penyaliban Yesus itu. Beberapa tempat di tepi jalan makadam itu dipasang salib dari kayu. Sebuah perhentian dengan tanda salib di salah satu tempat jalan salib dihiasi dengan instalasi puluhan botol bekas obat-obatan pertanian. Peserta prosesi dibagi dalam empat kelompok, dan setiap kelompok melakukan doa secara bergiliran. Mereka juga menyanyikan lagu-lagu rohani Katolik berbahasa Jawa. Seorang anak yang menjadi peserta prosesi berjalan kaki paling depan sambil membawa sebuah salib dari kayu, seorang lainnya membawa bunga, dan seorang lagi membawa burung merapi di dalam keranjang bambu. Meskipun hujan mengguyur kawasan itu, mereka tetap terlihat takzim melakukan prosesi jalan salib tersebut. Saat tiba di lokasi penambangan pasir, umat berdoa di bawah sebuah salib besar yang dipasang di atas sebuah tebing lokasi itu. Seekor burung dilepaskan di tempat itu. Romo Kirjito mengatakan, Yesus Kristus menebus doa manusia melalui kematiannya di kayu salib. "Manusia tidak luput dari dosa, bahkan seringkali berdosa dengan alam yang menjadi ciptaan Allah, kita sering merusak alam, memusuhi binatang padahal alam memberikan kehidupan bagi kita setiap hari," katanya. Jalan salib pada Jumat Agung itu, katanya, juga menjadi jalan bagi umat katolik setempat untuk belajar mencintai alam. Ia menyatakan mengajak umat untuk meneguhkan diri terhadap pelestarian alam. "Mencintai alam mencintai Allah yang telah menciptakannya," kata Kirjito yang juga pegiat Gerakan Masyarakat Cinta Air (GMCA) lereng Gunung Merapi itu. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008