New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia turun hingga sempat berada di bawah 100 dolar AS per barel, Kamis, melanjutkan tren penurunan dari rekor harga pada pekan lalu, akibat kekhawatiran anjloknya permintaan energi dunia, kata para pelaku pasar komoditi tersebut.
Kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) kembali tumbuh setelah OECD menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi AS untuk semester pertama tahun ini dan mengatakan bahwa ekonomi AS sudah mendekati resesi.
Kontrak minyak utama di bursa New York, light sweet, untuk pengiriman Mei, ditutup turun 70 sen menjadi menjadi 101,84 dolar per barel, setelah sebelumnya sempat anjlok hingga 98,65 dolar.
Kontrak penjualan April berakhir Rabu lalu, setelah mengalami penurunan sebesar 4,94 dolar.
Di London, minyak mentah Brent Laut Utara untuk pengiriman Mei turun 34 sen menjadi 100,38 sebelumnya menyentuh harga terendah 98 dolar.
"Harga minyak mentah turun di bawah 100 dolar per barel ketika ada kecemasan terjadinya resesi di AS, yang dampaknya bisa menjangkau seluruh dunia, dan pertumbuhan permintaan minyak terus mendominasi halaman utama," kata analis Sucden, Michael Davies.
Kecemasan ekonomi kembali muncul setelah adanya laporan dari OECD.
Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan yang berkantor pusat di Paris itu mengatakan bahwa ekonomi AS kini diperkirakan tumbuh 0,1 persen dalam triwulan pertama tahun ini, turun dari perkiraan 0,3 persen pada Desember lalu. Sementara untuk triwulan kedua diperkirakan tumbuh 0 persen, dibandingkan dengan 0,4 persen pada perkiraan sebelumnya.
Harga minyak sempat menyentuh titik tertinggi dalam sejarah pada Senin lalu ketika nilai kurs dolar AS tetap melemah karena para investor berusaha memindahkan uang mereka ke investasi yang lebih aman.
Badan Informasi Energi AS (EIA), Rabu, mengatakan bahwa stok minyak mentah naik 200.000 barel menjadi 311,8 juta barel dalam pekan yang berakhir 14 Maret. Pasar mengharapkan stok minyak naik sekitar 2,3 juta barel.(*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2008