IEA siap untuk bertindak cepat dan tegas jika terjadi gangguan untuk memastikan bahwa pasar global tetap dipasok secara memadai

Singapura (ANTARA) - Harga minyak turun tipis di perdagangan Asia pada Selasa pagi, karena Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan akan bertindak cepat jika diperlukan untuk menjaga pasar tetap dipasok di tengah ketegangan di Timur Tengah dan pedagang memperkirakan prospek permintaan yang lebih lemah.

Minyak mentah berjangka Brent tergelincir dua sen menjadi diperdagangkan di 63,24 dolar AS per barel pada pukul 01.21 GMT (08.21 WIB). Acuan internasional Brent naik lebih dari satu persen di sesi sebelumnya, menyusul penyitaan kapal tanker Inggris oleh Iran pekan lalu yang memicu kekhawatiran gangguan pasokan dari Teluk yang kaya energi.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) turun enam sen atau 0,11 persen, menjadi diperdagangkan pada 56,16 dolar AS per barel.

Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan sedang memantau perkembangan di Selat Hormuz.

"IEA siap untuk bertindak cepat dan tegas jika terjadi gangguan untuk memastikan bahwa pasar global tetap dipasok secara memadai," katanya, seraya menambahkan bahwa direktur eksekutif Fatih Birol telah melakukan pembicaraan dengan anggota IEA, asosiasi pemerintah dan negara-negara lain.

"Konsumen dapat diyakinkan bahwa pasar minyak saat ini dipasok dengan baik, dengan produksi minyak melebihi permintaan pada paruh pertama 2019, mendorong naik stok global hingga 900.000 barel per hari," kata IEA dalam sebuah pernyataan.

Potensi gangguan di Timur Tengah telah datang di tengah memburuknya sentimen pasar dalam beberapa hari terakhir, dengan dana lindung nilai, produsen dan pedagang semua mengambil langkah yang lebih bearish dalam menanggapi apa yang mereka lihat sebagai pelemahan dalam permintaan di seluruh dunia.

"Estimasi permintaan global yang lebih rendah dari OPEC, IEA dan EIA telah memukul harga minyak mentah dalam beberapa minggu terakhir," kata Alfonso Esparza, analis pasar senior di OANDA.

"Cuaca dan gangguan geopolitik bersifat sementara dan hanya kesepakatan OPEC+ yang memberikan kejelasan kepada para pedagang dengan komitmen kelompok untuk mengurangi kelebihan minyak dengan pengeluaran mereka."

Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa produsen non-afiliasi termasuk Rusia, yang dikenal secara kolektif sebagai OPEC+, telah menahan pasokan sejak awal tahun untuk menopang harga.

Menambah tekanan pada harga, National Oil Corp Libya mencabut force majeure pada pemuatan di ladang minyak Sharara terbesar di negara itu, yang telah ditutup sejak Jumat (19/7/2019).

Sementara itu, produksi minyak AS dari tujuh formasi serpih utama diperkirakan akan naik sekitar 49.000 barel per hari (bph) pada Agustus, ke rekor 8,55 juta barel per hari, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pekan lalu. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Baca juga: Harga minyak dunia naik lebih dari satu persen karena risiko Iran

Baca juga: Harga emas terus naik, investor parkir modal di aset yang aman

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2019