Jakarta (ANTARA News) - Pada hari pertama liburan panjang Kamis-Minggu, terminal bus antarkota Kampung Rambutan, Jakarta, dipadati penumpang yang ingin pulang kampung layaknya menjelang Lebaran.
Ribuan penumpang, tua-muda hingga anak-anak menunggu bus di terminal tersebut sejak Kamis pagi, namun tidak banyak yang bisa terangkut karena jumlah bus sangat tidak mencukupi, akibatnya banyak penumpang terlantar.
"Kondisi seperti ini bukan hari ini saja, tapi sejak kemarin siang (Rabu, 19/3)," kata Amok, seorang pedagang.
Sementara itu, Sjuma seorang calon penumpang yang akan berangkat ke Magelang pada Rabu sore sempat dibuat kesal oleh PO Setia Bhakti jurusan Jakarta-Solo yang menjual tiket seharga Rp165 ribu.
Ia membeli tiket seharga kelas eksekutif itu pada Rabu sekitar pukul 16.00 WIB dan dijanjikan akan berangkat sore itu juga pukul 18.30 WIB. Namun bus baru datang ke terminal jam 20.30 WIB, telat dua jam dari jadwal.
"Tapi yang paling membuat saya marah, bus yang katanya eksekutif itu tidak layak sama sekali, jauh lebih jelek dari bus kota Mayasari Bhakti, sumpek dan semua tempat duduk sudah terisi penuh, jadi saya harus berdiri pula. Ini sih mengambil kesempatan dalam kesempitan," katanya.
Selain itu, lanjut dia, bus jurusan Jakarta-Solo itu ternyata tidak sesuai trayeknya melewati Magelang dan hanya melewati Bawean, sehingga jika sampai di Bawean pada dini hari, ia harus turun dan mencari bus lagi ke arah Magelang yang jaraknya satu jam perjalanan.
Ia mengatakan, loket penjualan tiket bus tersebut sudah meminta maaf dan mengembalikan uangnya, tetapi ia tetap tidak puas karena akibat kasus ini urusan bisnisnya terpaksa dibatalkan.
Ditanya mengapa memilih bus dari PO tersebut, Sjuma menjawab, PO (perusahaan otobus) lain sudah tidak menjual tiket lagi pada Rabu pukul 16.00 WIB karena sudah habis, dan hanya Setia Bhakti yang masih menjanjikan bus.
Pria Betawi ini juga mengatakan, telah mencari tiket kereta api ke Gambir, tetapi tiket KA juga sudah habis seminggu sebelumnya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008