Jakarta (ANTARA) - Para pencari suaka yang tinggal di lokasi penampungan bekas Kodim Jakarta Barat mengeluhkan kurangnya pasokan air bersih untuk kebutuhan sehari-hari.
"Airnya sedikit di sini. Waktu di Bogor banyak airnya," kata Anwar (56), pengungsi asal Pakistan, ditemui di lokasi penampungan di Jakarta, Senin.
Pria yang sudah fasih berbahasa Indonesia itu mengharapkan pemerintah menambah pasokan air bersih untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari pengungsi.
Baca juga: Dinsos DKI dorong UNHCR lebih aktif dan solutif urus pencari suaka
Anwar sudah tinggal di Indonesia sejak 5 tahun lalu di Bogor, kemudian dipindah ke lokasi pengungsian sementara di Jalan Bedugul, Kalideres, Jakbar.
Berbeda, Adam Mohamad, pengungsi asal Sudan yang baru setahun tinggal di Indonesia, mengaku ketersediaan air bersih di lokasi pengungsian di Kalideres cukup memadai.
Sebelum ditampung di bekas Kodim Jakbar Kalideres, dia sempat merasakan tinggal di Rumah Detensi Imigrasi, masih di kawasan Kalideres, Jakarta.
Di lokasi penampungan Kalideres, Adam merasa sudah cukup nyaman karena ada kamar mandi yang cukup dan tempat beribadah.
"Air cukup untuk mandi, salat. Saya muslim," kata pengungsi yang belum terlalu fasih berbahasa Indonesia itu.
Sebelumnya, sempat terjadi adu jotos antarpencari suaka di lokasi penampungan itu gara-gara berebut air untuk berwudu, Minggu (21/7).
Baca juga: Pencari suaka sempat adu jotos, Kesbangpol: Gesekan biasa
Namun, insiden itu segera berakhir setelah dua pengungsi penyebab keributan dipanggil dan didamaikan.
Sementara itu, Gozi, petugas dari PT PAM Lyonnaise Jaya (Palyja), menyebutkan setidaknya 3 s.d. 4 truk tangki air bersih dikirimkan setiap harinya untuk membantu pengungsi.
"Satu tangki kapasitasnya 4.000 liter. Pagi-pagi, pasti udah kosong. Ya, mungkin saking banyaknya orang," katanya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2019