Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati berharap penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) sebesar 0,25 persen menjadi 5,75 persen pada Juli ini, mampu mendatangkan kembali investasi yang sempat mandek di kuartal I 2019,
"Jika dilihat investasi agak melemah dibandingkan akhir tahun 2018 yang waktu itu mendekati tujuh persen. Dengan penurunan suku bunga dan transmisi yang akan terjadi perbaikan dan dari sisi investasi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati di Jakarta, Senin.
Jika merujuk pada data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), selama kuartal I 2019, total realisasi investasi tercatat hanya Rp195,1 triliun, atau tumbuh 5,3 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu (yoy). Namun angka pertumbuhan investasi itu lebih rendah jika dibandingkan kuartal I 2018 yang tumbuh 11,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Sri Mulyani berharap Bank Sentral terus memberikan respons yang terukur terhadap perlambatan pertumbuhan ekonomi global agar dampaknya tidak mendera kegiatan ekonomi di Tanah Air.
"Kita berharap respons dari BI terhadap lingkungan ekonomi global maupun dalam negeri dengan adanya penurunan suku bunga, dan kemungkinan masih akan ada langkah selanjutnya," ujar dia.
Selain dari Bank Sentral, menurut Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu, pemerintah juga terus melakukan berbagai langkah untuk mendorong masuknya investasi. Mulai dari insentif perpajakan hingga kemudahan izin berinvestasi melalui Online Single Submission (OSS).
"Pemerintah lakukan kebijakan yang dukung investasi dan insentif yang kita berikan, seperti double deduction untuk riset dan inovasi, vokasi. Kita juga berikan tax holiday dan tax allowance, diharapkan akan dapatkan momentum semester II. Di saat yang sama pandangan terhadap situasi politik dalam negeri semakin baik," katanya.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Suahasil Nazara berharap penurunan suku bunga acuan Bank Sentral dapat memantik investasi ke dalam negeri karena biaya peminjaman dana (cost of borrowing) bagi swasta dan pemerintah akan menurun. Dia berharap investasi dapat bertumbuh hingga 5,2 persen pada tahun ini.
"Dan akan berlanjut di tahun depan, investasi bisa bertumbuh 5,3 persen," ujar dia.
Sementara itu, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengisyaratkan bahwa BI bisa saja kembali menurunkan suku bunga acuan "7-Day Reverse Repo Rate" dalam lima bulan terakhir di 2019. Hal itu bisa terjadi dengan catatan inflasi terus terkendali, dan stabiltas terjaga sehingga terdapat peluang untuk memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi.
"Untuk pelonggaran kebijakan moneter tetap terbuka, baik itu dari kebijakan likudiitas maupun penurunan suku bunga acuan lebih lanjut," kata Perry di depan anggota Badan Anggaran DPR dalam Rapat Laporan Semester I dan Prognosa Semester II 2019 di Jakarta, Senin.
Bank Sentral baru saja memangkas suku bunga acuannya pada 18 Juli 2019 pekan lalu menjadi 5,75 persen setelah delapan bulan berturut-turut bertahan di enam persen, yang juga disebabkan sikap sebagian Bank Sentral di dunia yang mulai melonggarkan suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari ancaman perlambatan perekonomian global.
Pemangkasan suku bunga acuan Bank Sentral pada Juli 2019 adalah yang pertama kali sejak delapan bulan lalu atau November 2018 ketika suku bunga kebijakan dinaikkan ke level enam persen untuk membendung keluarnya aliran modal asing pada 2018. Secara total di 2018, otoritas moneter menaikkan suku bunga acuan sebanyak 1,75 persen hingga ke level enam persen.
Baca juga: BI tegaskan sinyal penurunan kembali suku bunga acuan
Baca juga: Darmin sebut penurunan suku bunga BI sejalan dengan kondisi global
Baca juga: BI: Penurunan suku bunga beri persepsi positif kepada investor
Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019