Jakarta (ANTARA) - Proyek revitalisasi menjadi momentum tepat bagi Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta Pusat, untuk kembali melahirkan seniman-seniman berkualitas sekaligus menjadi barometer dunia seni di Indonesia.
Pengamat budaya Betawi, alumni Institut Kesenian Jakarta dan mantan anggota Dewan Kesenian Jakarta, Saiful Amri berharap proyek revitalisasi TIM dapat mewakili suara para pelaku seni.
"Pemerintah Orovinsi DKI Jakarta mesti duduk bareng seniman karena sebaiknya revitalisasi tidak sebatas peremajaan gedung saja, tetapi ke inti masalah, yaitu bagaimana TIM bisa tetap menjadi wadah lahirnya seniman-seniman kreatif," kata Amri, Senin.
Amri berharap revitalisasi dapat mengembalikan muruah TIM sebagai barometer dunia seni yang kerap melahirkan seniman berbagai lintas dimensi bermutu tinggi. Dalam hal ini, Amri menyoal murahnya biaya sewa gedung pertunjukkan yang dapat menurunkan kualitas seniman jebolan TIM.
Baca juga: Proyek revitalisasi Taman Ismail Marzuki resmi dimulai
Baca juga: Anies berharap TIM jadi pusat seni budaya internasional
Baca juga: Planetarium Jakarta belum tahu detail revitalisasi TIM
Sejak dulu TIM menjadi barometer dunia seni. "Sekarang bisa dibilang sudah tidak ada apa-apanya," katanya.
Bahkan sekelas Teater Koma atau Teater Mandiri saja lebih memilih tampil di tempat lain ketimbang TIM. Dulu untuk bisa tampil di TIM, grup atau sanggar manapun harus dikurasi dengan baik.
"Sekarang cukup bayar Rp3 juta, maaf-maaf kata, grup atau sanggar ecek-ecek pun bisa main di TIM. Masalah ini harus dibenahi,” katanya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan telah melakukan groundbreaking atau peletakan batu pertama revitalisasi TIM pada Rabu (3/7/2019).
Rencananya, proyek yang menyedot anggaran hingga Rp1,8 triliun tersebut akan menghadirkan fasilitas baru di antaranya hotel, pusat kuliner, galeri seni, gedung perpustakaan, pos pemadam kebakaran dan lahan terbuka di bagian depan TIM
Pewarta: Adnan Nanda
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2019