Hanoi (ANTARA News) - Vietnam, salah satu negara paling parah dilanda flu unggas, pada bulan ini akan mulai menguji vaksin flu unggas untuk manusia, kata pejabat kedokteran tentara, kemarin.Pejabat itu tidak merinci tanggal pelaksanaan uji tersebut, kecuali menyatakan Kementerian Kesehatan menyetujui percobaan selama delapan bulan di Akademi Kedokteran Tentara di propinsi Ha Tay, tidak jauh dari Hanoi, tersebut. "Kami akan melakukan percobaan di akademi itu dan yang bergabung antata lain sukarelawan, seperti, mahasiswa dan pegawai," kata pejabat tersebut, yang minta namanya tidak disebut. Akademi tersebut masih harus mendapatkan izin dari Kementerian Pertahanan untuk melakukan uji tersebut. Perusahaan kelolaan Lembaga Negara Ilmu Kesehatan dan Wabah dalam pernyataan di lamannya, www.vabiotechvn.com, menyebutkan akan menghasilkan enam juta dosis tiap tahun untuk manusia dan unggas jika uji itu berhasil. Sepanjang tahun ini telah lima orang meninggal akibat flu unggas di Vietnam. Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat, terdapat 51 kematian akibat virus H5N1 di Vietnam, sedangkan di seluruh dunia telah 235 korban tewas. WHO juga menyatakan tidak terlibat langsung dengan pengembangan vaksin virus H5N1 di Vietnam itu. "Dalam pemahaman kami, hal tersebut adalah urusan setempat dan Kementerian Kesehatan punya pedoman teliti dan setepat-tepatnya dalam pengendalian mutu," kata Dida Connor, jurubicara WHO di Hanoi. Vabiotech dalam pernyataannya menyebutkan bahwa dosis vaksin itu untuk unggas 1,5 mikrogram atau sepersepuluh dari dosis untuk manusia. Pada 2 Maret, perusahaan GlaxoSmithKline mengatakan vaksin rancangan mereka untuk melindungi manusia dari H5N1 kemungkinan efektif dalam menangkal beberapa sub-tipe virus tersebut. Dalam percobaan klinis di Asia, yang melibatkan 1.206 orang dewasa di Hongkong, Singapura, Taiwan dan Thailand, vaksin itu menghasilkan antibodi tidak hanya menetralkan virus H5N1 di Vietnam, tapi juga variannya, yang saat ini membayangi Indonesia. Vaksin dirancang dengan menggunakan H5N1 saat ini tersebut kemungkinan tidak dapat memberi perlindungan terhadap galur (strain) lain, bahkan tidak berguna terhadap galur pandemik, karena virus tersebut setiap saat bermutasi. Meskipun begitu, ahli mengemukakan bahwa proses pembuatan vaksin itu akan meletakkan prasarana diperlukan, sehingga waktu untuk membuat vaksin pandemik --antara empat hingga enam bulan sejak pandemik dimulai-- dapat dipersingkat, demikian Reuters.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2008