Serang (ANTARA News) - Ketua Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura), Wiranto, makan nasi aking di salah satu rumah warga kurang mampu dalam kunjungan sosialnya ke Kampung Masigit Tegal, Desa Masjid Priyai, Kota Serang, Banten, Selasa.Mantan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan (Menko Polkam) di era Abdurrachman Wahid (Gus Dur) menjadi Presiden RI itu mencoba mencicipi nasi aking, dan makan bareng bersama pemilik rumah bernama Solihah (45), yang terlihat lahap menyantap nasi kering sisa-sisa makanan dibumbui sambal.Wiranto, yang pernah menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (Kasad) di masa Soeharto menjadi Presiden RI, juga sempat menyuapi lima anak Solihah.Nasi aking adalah makanan yang berasal dari sisa-sisa nasi yang tak termakan yang dibersihkan dan dikeringkan di terik matahari yang dimasak kembali. Nasi itulah yang banyak dikonsumsi warga miskin karena tidak mampu membeli beras."Bagaimana enak 'nggak' makan nasi aking ini?," kata Wiranto, yang mantan Panglima TNI, kepada Pauni, anak Sopiah yang berumur empat tahun."Dulu, waktu kecil, saya juga biasa makan nasi aking, tapi sekarang ini sebaiknya jangan," ujar Wiranto.Solihah termasuk satu dari puluhan warga Kampung Masigit Tegal, Desa Mesjid Priyai, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten, yang biasa makan nasi aking dengan membelinya seharga Rp1.000 per liter. Ia ditinggal meninggal suaminya sekitar delapan bulan lalu, sehingga harus menghidupi sendiri kelima anaknya."Untuk membeli nasi aking ini, saya mengandalkan berjualan kue keliling kampung. Suami saya sudah meninggal," katanya.Usai makan nasi aking di rumah Solihah, Wiranto --yang pernah menjadi Calon Presiden (Capres) RI dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2004 berpasangan dengan Salahudin Wahid-- kemudian mendatangi rumah Ketua RT setempat, Supeni (45), yang letaknya tidak jauh dari rumah Solihah.Kepada Supeni, Wiranto yang lahir di Solo (Jawa Tengah) pada 4 April 1947 menitipkan puluhan paket sembako, agar dibagikan kepada warga yang ada di lingkungan tersebut."Saya sangat prihatin melihat warga di sini yang masih banyak yang miskin. Untuk itu, saya datang kemari untuk meyakinkan dan bisa meresapi dan merasakan langsung kemiskinan itu seperti apa," kata Wiranto menambahkan. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008