Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) menyatakan Bendungan Sei Gong yang baru saja diselesaikan di Kelurahan Sijantung, Kecamatan Galang, Kepulauan Riau, untuk mengantisipasi pasokan kebutuhan air baku baik untuk domestik maupun industri Kota Batam.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu, mengatakan dalam beberapa tahun mendatang, Kota Batam diperkirakan akan mengalami defisit air akibat pertumbuhan jumlah penduduk.
Untuk itu, ujar dia, ketersediaan air baku juga vital bagi perkembangan Kota Batam sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di Provinsi Kepulauan Riau.
"Oleh karena itu penting untuk mengoptimalkan potensi air yang tersedia, salah satunya dengan menampung aliran Sungai Gong. Pastinya Kota Batam dan sekitarnya akan menikmati manfaatnya," kata Basuki.
Dengan telah selesainya konstruksi Bendungan Sei Gong, maka pada Jumat (19/7) juga telah mulai dilakukan pengisian atau impounding oleh Dirjen Sumber Daya Air Kementerian PUPR Hari Suprayogi.
Dalam sambutannya, Hari Suprayogi menyampaikan ucapan terima kasih dari Menteri PUPR Basuki Hadimuljono kepada pemerintah daerah dan masyarakat yang telah mendukung penyelesaian Bendungan Sei Gong.
Menurut dia, pembangunan bendungan tersebut dapat diselesaikan selama tiga tahun dari akhir 2015 hingga akhir 2018 karena penyediaan lahan yang didukung oleh Badan Pengelola (BP) Batam.
"Indonesia kaya akan air, dengan curah hujan sekitar 2,8 triliun meter kubik/tahun. Untuk Kepulauan Riau kira-kira sebesar 0,2 persen dari jumlah tersebut. Bendungan Sei Gong akan menambah tampungan air di Kepulauan Riau dengan daya tampung 11,8 juta meter kubik untuk mensuplai air baku sebesar 400 liter/detik yang akan diolah di instalasi pengolahan air di Kota Batam," kata Hari.
Bendungan Sei Gong merupakan salah satu dari 49 bendungan baru yang dibangun Kementerian PUPR dalam periode 2015-2019 sebagai upaya mewujudkan ketahanan air dan kedaulatan pangan.
Hari juga menyatakan, bendungan pertama yang dibangun oleh pemerintah pusat di Batam itu dibangun dengan anggaran APBN senilai Rp 238,44 miliar oleh kontraktor PT Wijaya Karya (Wika) dan PT Tusenss Krida Utama,KSO. Bendungan ini merupakan tipe urugan tanah dengan tinggi 12 meter dan memiliki luas genangan air 356 hektar.
Selanjutnya Hari mengungkapkan, sedang melakukan perencanaan desain untuk pembangunan Bendungan Sei Busung di Kabupaten Bintan. Menurutnya jika tidak ada permasalahan dalam penyediaan lahan yang dibanti Pemerintah Daerah, maka proses konstruksi dapat dilakukan paling lambat tahun 2021.
"Kalau Bendungan Sei Gong dapat memasok air baku 400 liter/detik, maka Sei Busung diproyeksikan dapat memasok air baku untuk Kota Batam, Tanjung Pinang, dan Kabupaten Bintan dengan kapasitas 4.000 liter/detik," ujarnya.
Baca juga: Batam akan bangun instalasi air dan pengolahan limbah di pulau-pulau penyangga
Baca juga: Ketersediaan air bersih Batam terus berkurang
Baca juga: PUPR lelang 9 proyek bendungan pada 2019
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2019