Semarang (ANTARA) - Hasil penelitian tiga mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro (Undip) Semarang menunjukkan bahwa ekstrak sabut kelapa mengandung antibiotik alternatif untuk terapi infeksi bakteri Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin.
Staphylococcus aureus bisa menyebabkan infeksi yang mengakibatkan bakteremia, pneumonia, endokarditis (infeksi katup jantung), dan osteomielitis (infeksi tulang).
Infeksi akibat bakteri Staphylococcus aureus merupakan salah satu penyebab utama angka kesakitan maupun kematian di negara berkembang, kata Bonaverrel Dominico, mahasiswa anggota tim peneliti Fakultas Kedokteran Undip, di Semarang, Minggu.
Bonaverrel Dominico mengatakan infeksi akibat bakteri tersebut bisa diatasi dengan memberikan antibiotik betalaktam.
"Ini bertujuan untuk menghambat sintesis dinding sel bakteri," katanya.
Namun, dia menjelaskan, kemampuan adaptasi luar biasa bakteri patogen tersebut telah menginduksi munculnya strain bakteri yang resisten terhadap berbagai macam antibiotik.
"Salah satunya methicilin resistant Staphylococcus aureus (MRSA)," katanya.
Sabut kelapa, ia menjelaskan, mengandung zat antimikroba berupa tannin dan flavonoid yang mampu menghambat enzim-enzim yang berperan dalam sintesis DNA sehingga sel bakteri baru tidak dapat terbentuk.
Zat antimikroba tersebut, ia melanjutkan, dapat menghambat pertumbuhan bakteri melalui pembentukan senyawa kompleks dengan protein seluler yang dapat merusak membran sel.
Bonaverrel Dominico meneliti kandung zat antimikroba dalam sabut kelapa bersama rekannya Fadzila Nur Aini dan Mardelia Nur Fatana. Ketiga mahasiswa berharap hasil penelitian mereka bisa menjadi sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.
Baca juga:
Mahasiswa ciptakan popok dari sabut kelapa, ini keunggulannya
Serbuk sabut kelapa hemat pupuk 50 persen
Pewarta: Immanuel Citra Senjaya
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2019