Mentok, Babel (ANTARA) - Geopark atau taman bumi merupakan wilayah terpadu yang terdepan dalam perlindungan dan penggunaan warisan geologi berkelanjutan, serta memromosikan kesejahteraan ekonomi masyarakat yang tinggal di dalamnya.
Kabupaten Bangka Barat, Provinsi Kepuluan Bangka Belitung yang berada di ujung barat Pulau Bangka memiliki potensi sebuah kawasan yang bisa dijadikan sebagai salah satu geopark yang diyakini jika dikerjakan secara bersama-sama akan mampu menjadi daya tarik wisatawan dan menjadi pusat pendidikan berwawasan lingkungan.
Bukit Penyabung yang berada di Desa Pelangas, Kecamatan Simpangteritip, Kabupaten Bangka Barat memiliki seluruh tiga unsur untuk bisa diakui sebagai geopark lokal, yaitu unsur 'Geodiversity' atau keanekaragaman batuan, 'Biodiversity' atau keaneragaman flora dan fauna, serta 'Culturaldiversity' atau cakupan budaya masyarakat setempat.
"Seluruh unsur tersebut ada di Pelangas, kami berharap pada 2020 bisa melaksanakan peluncuran Bukit Penyabung menjadi geopark lokal sehingga bisa memberi dampak positif yang besar bagi perekonomian masyarakat setempat dan menjadi pusat edukasi berwawasan lingkungan, terutama bagi generasi muda," kata geologist Ardianeka.
Menurut Ardianeka yang saat ini menjabat sebagai Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan KPHP Rambat Menduyung tersebut, Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan penelitian dan sosialisasi kepada masyarakat di sekitar Bukit Penyabung untuk memuluskan rencana tersebut.
"Pemahaman masyarakat mengenai konsep pengembangan geopark terus dilakukan agar mereka semakin peduli dan mampu menjadi pelaku utama dalam pengembangan tersebut," ujarnya.
Usaha keras Ardianeka mendapatkan sambutan dari berbagai pihak, baik pemerintah desa, instansi pemerintah maupun masyarakat setempat yang perlahan-lahan mulai memahami konsep yang ke depan akan membawa manfaat peningkatan ekonomi warga di daerah itu.
Bukti Penyabung berada di dalam kawasan Hutan Tanaman Rakyat seluas kurang lebih 90 hektare, tiga tahun lalu telah mendapatkan izin Kementerian Kehutanan dengan durasi 35 tahun.
Sebagai langkah awal, warga di sekitar Bukti Penyabung dalam beberapa bulan terakhir telah melakukan berbagai persiapan sesuai perencanaan awal, seperti penanaman kembali sejumlah tanaman lokal yang jumlahnya semakin terbatas, pembersihan dan pembuatan jalan menuju lokasi dan pelepasliaran satwa endemik untuk menjaga populasi.
"Satwa endemik berupa tiga ekor mentilin atau 'tarcius bankanus' dan seekor kukang ini kami lepaskan ke habitat aslinya agar bisa berkembang biak dengan baik dan jumlahnya semakin bertambah," kata Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Marwan saat berkunjung di Bukit Penyabung, Rabu (26/6/2019).
Kegiatan pelepasliaran satwa di puncak bukit tersebut dilaksanakan Kepala Dinas Kehutanan Babel bersama Kapolres Bangka Barat, Kodim Bangka Barat, Basarnas Babel dan sejumlah warga Desa Pelangas, Kecamatan Simpangteritip, Kabupaten Bangka Barat.
"Kami berharap melalui kegiatan ini masyarakat setelah kegiatan ini masyarakat desa setempat semakin bersemangat dalam menjaga kelestarian hutan Bukit Penyabung," katanya.
Kegiatan bersama sejumlah instansi tersebut dilaksanakan juga sebagai langkah awal dalam rangka pengembangan Bukit Penyabung menuju taman bumi atau "geological park" yang ada di Kabupaten Bangka Barat.
"Dengan berbagai pola pembinaan masyarakat yang dilakukan kawan-kawan KPHP Rambat Menduyung, kami targetkan pada 2020 Bukit Penyabung menjadi salah satu destinasi wisata alam dengan konsep geopark lokal yang dilengkapi kebun binatang mini," katanya.
Kapolres Bangka Barat, AKBP Firman Andreanto yang ikut dalam kegiatan pelepasliaran satwa di Bukit Penyabung memberikan apresiasi positif atas terselenggaranya kegiatan itu.
"Kami mendukung kegiatan tersebut dan rencana pembentukan Geopark Bukit Penyabung, jika kebun binatang mini sudah selesai dibangun kami akan sumbang beberapa hewan langka lokal lainnya," kata Firman Andreanto.
Ia menyanggupi untuk memberikan beberapa satwa lokal, seperti tupai terkecil di dunia yang berukuran jari telunjuk orang dewasa, binturong, tupai tiga warna dan kancil untuk dilepaskan di lokasi itu.
Kapolres mendukung upaya tersebut karena positif dan mampu menggerakkan masyarakat secara swadaya menjaga kelestarian hutan yang ada di sekitar tempat tinggalnya.
Di dalam hutan desa tersebut, masyarakat juga diberi kesempatan untuk mengembangkan budi daya madu pahit guna meningkatkan kesejahteraan petani hutan sekaligus memberi contoh pola pengelolaan hutan yang baik dan bermanfaat.
"Para anggota kelompok tani hutan yang ada di sekitar kawasan hutan Bukit Penyabung yang menjadi pelaku utama, mereka yang merasakan manfaatnya," kata Kepala Seksi Perencanaan dan Pemanfaatan Hutan Unit I KPHK Rambat Menduyung, Ardianeka.
Selain usaha budi daya madu pahit di dalam kawasan hutan, di desa itu juga berhasil dikembangkan budi daya madu manis yang saat ini sudah cukup produktif dan menjadi salah satu mata pencaharian anggota kelompok tani hutan.
"Kami terus memberikan bimbingan agar madu semakin berkualitas dan ke depan bisa memenuhi standar pasar nasional," ujarnya.
Pendampingan usaha terus dilakukan, bahkan sudah diupayakan kerja sama dengan pemerintah desa dan BUMDes untuk pengemasan dan pemberian label produk petani hutan tersebut.
Kepala Desa Pelangas, Welly mengatakan masyarakat, khususnya para anggota kelompok tani hutan, saat ini sudah bisa merasakan pola kerja sama dalam upaya pelestarian hutan bersama KPHP Rambat Menduyung.
"Bahkan saat ini kami sedang merancang untuk memulai pembangunan geopark atau taman bumi lengkap dengan kebun binatang mini di Bukit Penyabung untuk menggeliatkan sektor pariwisata," katanya.
Menurut Willy, masyarakat setempat sudah bisa merasakan manfaat pola pengelolaan hutan lestari dan siap menyambut kedatangan para wisatawan untuk menikmati keindahan dan keunikan flora dan fauna di Bukit Penyabung.
Sebagai langkah awal, selain sosialisasi dan identifikasi keanekaragaman flora dan fauna yanga da di Bukit Penyabung, pihaknya bersama warga juga melakukan pembersihan jalan dan penanaman berbagai jenis tumbuhan lokal, seperti kepayang, kulan, tampui, mali, dan bernai.
Ardianeka berharap dalam waktu dekat sebagai langkah awal untuk merealisasikan geopark lokal Bukit Penyabung, diharapkan kepala daerah menerbitkan SK Geopark Lokal dan menyerahkannya kepada badan pengelola, ditindaklanjuti dengan penandatanganan kerja sama antara Pemkab bersama Dinas Kehutanan Babel.
Baca juga: Dishut Babel akan bangun "geological park" Bukit Penyabung
Baca juga: Babel lepas liarkan satwa endemik di Bukit Penyabung
Baca juga: Kemenpupr bangun tempat istirahat wisatawan berstandar internasional di Geopark Toba
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2019