Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) masih kelabu dan terus dibayangi tekanan jual, mulai dari perdagangan sesi pertama (pagi) pada Senin, karena indeks saham BEI sempat terjungkal sekitar 164 poin (5%), dan akhirnya ditutup melemah 71,0989 poin (2,98%) saat penutupan sesi II (sore). Perdagangan saham di BEI masih dibayangi kepanikan dan tekanan jual dari investor. Hal itu dipicu oleh kondisi bursa regional yang juga mengalami kepanikan akibat kondisi perekonomian global, terutama Amerika Serikat (AS), yang tidak stabil dan diambang resesi. Hampir semua indeks saham bursa regional mengalami penurunan yang signifikan. Indeks Hangseng Hongkong ambruk 5,18 persen, Nikkei Jepang anjlok 3,71 persen, bursa Manila terjungkal 3,88 persen, bursa Korea Selatan (Korsel) turun 1,6 persen dan Thailand turun 1,366 persen. Indeks BEI sendiri turun 2,98 persen ke level 2312,321 poin, dengan volume perdagangan saham sebanyak 2.199.211.000 saham dan nilai transaksi Rp 3,9 triliun. Investor asing yang melakukan penjualan saham senilai Rp 1,279 triliun dan yang melakukan pembelian sebesar Rp 1,042 triliun, sehingga posisi penjualan bersih asing (nett sell) hanya Rp 237,29 miliar. Beberapa investor yang ditemui ANTARA News mengatakan bahwa kondisi bursa saham saat ini penuh dengan ketidakpastian. Rata-rata portofolio mereka menyusut sekira 40 persen, dan sebagian besar tidak mampu lagi untuk membeli saham yang harganya sudah tergolong murah, karena sudah tidak mempunyai dana lagi untuk meminimalisir kerugian (average down price). "Saya pasrah saja. Mau gimana lagi? Dana sudah habis. Paling banter cutloss, kalau itu saya lakukan portofolio investasi menyusut 40 persen," kata Brahmantio, salah seorang investor di BEI. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2008