"Kami mendesak agar bantuan logistik segera disalurkan dengan berkoordinasi dengan pihak aparat keamanan," kata Direktur Jenderal Perlindungan dan Jaminan Sosial Kementerian Sosial Harry Hikmat di Jakarta, Sabtu.
Desakan tersebut sebagai respon terkait berita adanya warga yang meninggal dunia akibat kelaparan di lokasi pengungsian di Nduga.
Terkait logistik dari Kementerian Sosial, menurut Harry, saat ini masih tersimpan di gudang Dinas Sosial Provinsi Papua dikarenakan dari pihak pemerintah daerah provinsi Papua akan menyerahkan bersamaan dengan bantuan dari Pemprov Papua melalui gubernur.
Untuk memastikan bantuan segera didistribusikan, Kemensos mengirim petugas Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Sosial ke lokasi bantuan.
Lebih lanjut Harry merincikan bantuan pemerintah tersebut terdiri dari 50 ton CBP dengan rincian 10 ton lewat Jayapura, 10 ton ke distrik Mbua, distrik Yal, distrik Mbulmu Yalma dan 30 ton melalui Kabupaten Wamena.
Bantuan lain berupa mie instan, kopi, gula, sarden, alat kebersihan dan alat masak serta dukungan bantuan kebutuhan dasar dari kementerian sosial berupa perlengkapan sekolah SD, SMP, SMA sebanyak 370 paket
Bantuan lain berupa perlengkapan bermain sebanyak 250 paket, perlengkapan belajar anak sebanyak 250 paket, perlengkapan olahraga 30 paket, perlengkapan kebutuhan kelompok rentan (balita, lansia, kebutuhan khusus) sebanyak 850 paket. Total bantuan senilai Rp740.449.000.
Konflik akibat kontak senjata antara aparat TNI polri dengan kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egainus Kogoya di Distrik Yal Kabupaten Nduga pada 26 Februari 2019 menyebabkan warga di Distrik Mbua, Yal, Yigi, Mapenduma, Nikuri, dan Mbulmu Yalma mengungsi.
Diperkirakan sekitar 2.000 warga mengungsi yang tersebar di Distrik Mbua, Distrik Yal, Distrik Mbulmu Yalma Kabupaten Nduga dan kabupaten Wamena.
Jumlah pengungsi pelajar SD, SMP, SMA sebanyak kurang lebih 600 orang yang terdata di Distrik Mbua, Distrik Yal, Distrik Mbulmu Yalma Kabupaten Nduga sedangkan di Kabupaten Wamena belum diketahui secara pasti karena kondisi pengungsi berada di keluarga atau suku masing-masing.
Begitu pula dengan jumlah pengungsi dewasa dan kelompok rentan lainnya masih belum bisa didata karena kondisi keamanan serta masyarakat yang masih merasa takut untuk berkomunikasi dengan pihak di luar sukunya atau keluarganya.*
Baca juga: Tim Kemensos jangkau pengungsi konflik Nduga
Baca juga: Konflik Nduga, warga takut beraktivitas
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2019