Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Senin sore, tetap melemah mendekati angka Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar berlanjut membeli dolar AS menyusul menguat harga minyak mentah dunia.
Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.280/9.290 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.174/9.253 per dolar AS atau melemah 106 poin.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, mengatakan pasar tetap negatif terhadap rupiah terpengaruh oleh kenaikan harga minyak mentah dunia dan merosot bursa saham regional.
"Kami memperkirakan negatif pasar akan masih berlanjut pada hari berikutnya, sehingga rupiah terus terpuruk mencapai angka Rp9.300 per dolar AS," katanya.
Memburuknya bursa regional, menurut dia, terjadi setelah sebuah perusahaan "underwriter" obligasi hipotek terbesar kedua di AS mengalami kerugian sebesar 195 juta dolar AS.
Akibatnya pelaku pasar asing melepas dolar AS yang memicu yen hingga berada dibawah angka 100 yen, ucapnya.
Keterpurukan rupiah, menurut dia kemungkinan dikehendaki pasar menjelang bank sentral AS (The Fed) berencana menurunkan suku bunga Fed Fund setelah sebelumnya menurunkan bunga diskonto sebesar 25 basis poin menjadi 3,25 persen
The Fed pada 18 Maret akan mengadakan pertemuan memutuskan penurunan suku bunga Fedfund yang diperkirakan akan turun sebesar 75 poin dari 3 persen menjadi 2,25 persen, katanya.
Namun, lanjut dia tekanan pasar itu akan tertahan apabila Bank Indonesia (BI) masuk pasar melepas dolar AS agar rupiah tidak terpuruk meliwati angka Rp9.300 per dolar AS,.
meski ada laporan bahwa bank sentral AS (The Fed) telah menurunkan suku bunga diskonto dari 3,5 persen menjadi 3,25 persen atau turun 25 basis poin, ucapnya.
Rupiah, menurut dia, juga tertekan oleh aksi beli dolar AS oleh perusahaan BUMN karena memerlukan dolar AS dalam jumlah yang besar, setelah harga minyak mentah dunia itu menguat tajam.
Meski terpuruk cukup besar, namun rupiah masih berada dalam level yang aman, setelah mengalami kenaikan yang cukup tajam, demikian Kostaman Thayib.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2008