Kondisi ini terasa saat menjelang Idul Adha karena dokter hewan dibutuhkan untuk memeriksa hewan kurban

Bekasi (ANTARA) - Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat, menyatakan masih kekurangan tenaga dokter hewan, di mana dalam setahun hanya bertambah dua atau tiga dokter yang jadi pegawai pemerintahan daerah tersebut.

"Kondisi ini terasa saat menjelang Idul Adha karena dokter hewan dibutuhkan untuk memeriksa hewan kurban," kata Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan Kota Bekasi, Momon Sulaeman, Sabtu, di Bekasi.

Ia mengatakan bahwa idealnya Pemkot Bekasi memiliki sebanyak 15 dokter hewan yang bertugas untuk memeriksa hewan-hewan kurban yang akan disembelih pada saat Idul Adha nanti.

"Tahun 2018 lalu hanya bertambah tiga orang dokter hewan. Untuk 2019 ini hanya bertambah dua orang dokter yang berasal dari pegawai kontrak," katanya.

Untuk menutupi kekurangan dokter hewan itu pihaknya bekerja sama dengan perguruan tinggi, salah satunya Institut Pertanian Bogor (IPB).

"Karena kerja sama pemeriksaan hewan sudah dilakukan secara rutin setiap tahun dengan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB," katanya.

Kesepakatan yang dibuat dengan IPB, katanya, menyangkut pengerahan 50 tenaga dokter hewan untuk memeriksa belasan ribu hewan kurban yang akan disembelih pada Idul Adha 1440 Hijriah.

Nantinya, kata dia, dokter hewan bantuan itu akan meringankan tugas pemerintah daerah dalam mengawasi dan mengantisipasi hewan kurban yang tidak layak atau sakit.

"Kerja sama pengawasan hewan kurban dengan IPB sudah dilakukan sejak dua tahun lalu," katanya.

Ia menjelaskan pada 2018 pihaknya mengerahkan 134 petugas yang tergabung dengan pihaknya untuk mengawasi 1.399 titik tempat pemotongan hewan kurban.

Dia juga memproyeksikan jumlah titik potong hewan itu tidak jauh berbeda dengan Idul Adha tahun lalu.

"Ke-50 dokter hewan bantuan itu akan mengawasi tempat penjualan hewan kurban dan pemotongannya yang tersebar di 12 kecamatan di Kota Bekasi," katanya.

Ia juga meminta hewan kurban yang dijual harus dijamin kesehatannya. Maka dari itu, bila tidak diperiksa, dikhawatirkan akan menimbulkan penyakit bagi warga yang mengonsumsinya, di mana jenis penyakit yang sering menyerang hewan kurban adalah kudis dan cacing hati.

"Penyebab hewan kurban terserang kudis dan cacing hati bervariasi. Ada yang bawaan sejak lahir, lingkungan yang tidak sehat dan fisik hewan yang memang sedang menurun atau sakit tapi tetap dijual," kata Momon Sulaeman.

Nurcholis (53) seorang pedagang hewan kurban di bilangan Bekasi Timur mengatakan penjualan hewan kurban tahun ini diprediksi bakal meningkat dari tahun lalu. Karena itu, dirinya menyiapkan 300 ekor sapi untuk dijual.

"Sapi yang ditawarkan untuk kurban dengan bobot 200 kilogram sampai 600 kilogram," katanya.

Nurcholis mengaku untuk jenis sapi yang paling banyak dicari berasal dari Kupang, Bali, dan Limosin. Seluruh hewan kurban yang dia jual sudah mendapat rekomendasi dari Distanak Kota Bekasi.

"Insya Allah seluruh hewan kurban sehat dan layak jadi kurban saat Idul Adha nanti," kata dia.

Baca juga: Hewan kurban di Bekasi dicek pakai detektor ala bandara

Baca juga: 65 mahasiswa FKH IPB bantu pemeriksaan hewan kurban di Depok

Baca juga: Bekasi kerahkan 80 pengawas penjualan hewan kurban

Pewarta: Pradita Kurniawan Syah
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2019