Beijing (ANTARA) - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita akan membawa konsep yang diterapkan di Pasar Induk Xinfadi, Beijing, dalam rencana pembangunan lima pasar induk di Indonesia.

"Tujuan (membangun pasar) adalah bagaimana produk-produk peternakan dan pertanian bisa terintegrasi dan tersalurkan sehingga mampu memotong mata rantai yang begitu panjang," ujarnya kepada Antara di Beijing, Sabtu.

Dalam kunjungannya ke pasar terbesar di Ibu Kota China itu, dia melihat pengelolaan pasar yang memiliki asosiasi para pedagang lokal dan pedagang dari 30 negara.

Selain menerapkan sistem zonasi untuk membedakan berbagai jenis komoditas, termasuk bahan makanan bersertifikat halal, Mendag tertarik dengan pola distribusi.

"Yang menarik ada truk-truk pengangkut dari berbagai provinsi. Ada yang sebagian bisa langsung memindahkan barang dari sini ke angkutan yang langsung ke daerah lain," ujarnya.

Barang-barang berupa buah-buahan, sayur-sayuran, ikan dan produk turunannya bisa dimasukkan di gudang berpendingin yang disediakan pihak pengelola pasar.

Pasar yang dibangun pada 1988 di atas lahan seluas 200 hektare itu mampu membukukan transaksi sekitar 100 miliar RMB atau sekitar Rp202 triliun per tahun.

Pengelola Pasar Induk Xinfadi bekerja sama dengan pemerintah daerah dan koperasi petani di sejumlah daerah di China untuk memasok berbagai komoditas pertanian dan peternakan.

Kemendag berencana membangun lima pasar induk di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kepulauan Riau, dan Sulawesi.

Namun Enggartiasto tidak ingin hanya membangun fisik bangunan pasar tanpa menerapkan konsep dan sistem distribusi barang.

"Kalau dibilang mahal, bangunan pasar induk seperti ini ya pasti mahal. Tapi konsepnya ini bisa menyejahterakan para petani dan peternak di daerah," katanya mengenai pasar induk yang berlokasi di Distrik Fengtai, pinggiran Kota Beijing, itu.

Ia mencontohkan kalau saja pasar induk seperti Xinfadi itu dibangun di Bekasi, maka akan berfungsi sebagai penyangga ekonomi wilayah utara Jawa Barat.

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Eliswan Azly
Copyright © ANTARA 2019