Tanjung Redeb, Berau (ANTARA) - Yayasan Konservasi Alam Nusantara (YKAN) yang berafiliasi dengan The Nature Conservancy (TNC), sejak beberapa tahun lalu hingga kini terus mendorong dan membantu Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, melakukan konservasi alam untuk melindungi darat dan perairan.
Manajer Program Senior YKAN untuk Kalimantan Timur, Niel Makinuddin, Sabtu, mengatakan dukungan konservasi untuk Berau bukan hanya dari pihaknya, tapi juga dari banyak pihak karena tingginya komitmen Pemkab Berau dalam melindungi dan melestarikan alam mulai hutan hingga laut.
Dukungan lainnya juga datang dari perusahaan yang mendampingi warga melalui program tanggung jawab sosial perusahaan, kemudian dari akademisi dengan kajian ilmiah dan organisasi sipil yang terjun langsung di masyarakat.
Di Indonesia, ucap Niel, YKAN bermitra dengan pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta selama lebih dari 25 tahun untuk memajukan solusi demi perlindungan hayati, pengelolaan sumberdaya alam, dan perubahan iklim untuk kepentingan masyarakat dan alam.
"Kampung-kampung di Berau merupakan tulang punggung ekonomi kabupaten yang perlu dikelola dengan cara berbeda, yakni inovasi dan kolaborasi, sehingga dalam mengelola sumber daya alamnya tetap mempertahankan kelestarian lingkungan," ujar Niel dalam Lingkar Belajar Masyarakat (LBM) di Berau sehari sebelumnya.
Dari penerapan dan pendampingan beberapa pihak sejak beberapa tahun tersebut, kemudian banyak kampung di Berau yang berprestasi dan menjadi juara berbagai lomba desa baik tingkat Kaltim maupun nasional, diantaranya Kampung Tepian Buah pada 2016, Kampung Maluang, dan tahun 2018 Kampung Batu Putih.
Dalam dialog LBM yang diikuti sekitar 500 peserta dari 99 kampung tersebut, Profesor Abdulrahman Saad Aldawood dari Universitas King Saud, Arab Saudi, mengatakan saat ini muncul tren warga kota untuk kembali ke desa untuk membangun dan melestarikan desa.
"Di Arab Saudi misalnya, mereka kembali untuk bertani dan menghijaukan kembali lahan desa di Saudi yang sudah menjadi gurun, karena dulunya di Saudi alamnya hijau. Kini Saudi mengadakan program penanaman 10 juta pohon karena kita memang harus menjaga alam untuk masa depan," ujarnya dalam kesempatan itu.
Profesor Abdulrahman mengingatkan warga Berau tetap menjaga hutannya, karena ternyata dahulu Saudi juga sebenarnya adalah hijau, tapi karena eksplorasi minyak dan perluasan pemukiman, maka lahan-lahan hijau tersebut tergusur dan berubah menjadi padang pasir, sehingga Berau diingatkan tidak mengulang masa lalu Saudi.
Sementara Wakil Bupati Berau Agus Tamtomo mengatakan, apa yang didapat peserta selama tiga hari (17-19/7) dalam LBM, merupakan upaya mengejar ketertinggalan Berau dengan daerah lain, sekaligus sebagai upaya melakukan konservasi demi masa depan lebih baik.
"Semua peserta LBM ini merupakan orang terbaik dari kampungnya. Besar harapan warga kepada bapak dan ibu untuk membuat perubahan di kampung masing-masing. Pembelajaran dari LBM bisa menjadi pendorong kemajuan kampung baik dari sisi rencana pembangunan, usaha, maupun perhutanan sosial," kata Agus.
Baca juga: Eksploitasi sumber daya alam ancam rusak lingkungan Berau
Baca juga: KEE di Berau Kaltim berupaya jadi model penyelamatan orang utan
Baca juga: Bupati Berau targetkan tidak ada desa tertinggal
Pewarta: M.Ghofar
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2019