Jakarta (ANTARA News) - Kurs rupiah, Senin pagi, melemah mendekati angka Rp9.300 per dolar AS, karena pelaku pasar kembali memburu dolar AS, akibat tingginya harga minyak mentah dunia yang mencapai 111 dolar AS per barel. Nilai tukar rupiah merosot menjadi Rp9.280/9.290 per dolar AS dibanding penutupan akhir pekan lalu yang mencapai Rp9.174/9.253 per dolar AS atau melemah 106 poin. Pengamat pasar uang, Edwin Sinaga, di Jakarta, mengatakan rupiah terpuruk akibat merosotnya bursa saham regional, setelah Bear Stern, sebuah perusahaan underwriter obligasi hipotek terbesar kedua AS, mengalami kerugian sebesar 195 miliar dolar AS. Rupiah, menurut dia, juga tertekan oleh aksi beli dolar AS oleh perusahaan BUMN karena memerlukan dolar AS dalam jumlah yang besar, setelah harga minyak mentah dunia itu menguat tajam. Ia mengatakan, meski terpuruk cukup besar, namun rupiah masih berada dalam level yang aman, setelah mengalami kenaikan yang cukup tajam. Mata uang Indonesia itu kemungkinan akan kembali membaik, apabila The Fed jadi menurunkan suku bunga Fed fund dari 3 persen menjadi 2,5 persen, katanya. Ia mengatakan, kerugian Bear Stern mengakibatkan pelaku pasar di pasar global melakukan penjualan dolar AS sehingga mengalami penurunan tajam terhadap yen hingga di bawah level 100 yen per dolar AS. Dolar AS terhadap yen menjadi 96,56 dan terhadap euro jadi 1,5808. Rupiah, lanjut dia, pada sore nanti diperkirakan akan mengalami kenaikan apabila pasar saham regional mereda, apalagi dolar AS juga melemah terhadap yen dan euro. Jadi peluang rupiah untuk kembali cukup besar pada sore nanti, asalkan kondisi pasar yang menekan secara perlahan-lahan kembali berubah, katanya. (*)
Copyright © ANTARA 2008