Medan (ANTARA News) - Pernyataan Jaksa Agung Hendarman Supandji bahwa dirinya bukanlah "malaikat" yang mampu membersihkan seluruh oknum jaksa nakal dinilai kontra produktif dan dapat menimbulkan sikap apatis bagi rakyat yang merindukan tegaknya hukum . "Jika tokoh sekaliber Hendarman Supandji saja bersikap apatis dan putus asa, bagaimana pula dengan yang lain," kata praktisi hukum Julheri Sinaga SH kepada ANTARA di Medan, Senin. Terkait penangkapan ketua tim penyelidikan kasus dugaan penyimpangan dana BLBI, jaksa Urip Tri Gunawan oleh KPK, Jaksa Agung, Hendarman Supandji dalam sebuah dialog di salah satu stasiun televisi swasta menyatakan dirinya bukan malaikat yang mampu membersihkan seluruh oknum jaksa nakal di jajaran kejaksaan agung. Menurut Sinaga, rakyat juga memahami bahwa membersihkan institusi kejaksaan agung dari oknum jaksa nakal sangat sulit serta membutuhkan niat dan kerja keras. Namun pernyataan itu tidak perlu disampaikan Hendarman Supandji karena dapat menunjukkan sikap apatis dan putus asa. Hendarman Supandji harus menutupi faktor "ketidak-malaikatannya" itu dengan melakukan tindakan tegas berupa pemecatan yang dapat menimbulkan efek jera atau shock therapy bagi jaksa lain. "Semua mengetahui Hendarman Supandji bukan malaikat tetapi jangan diucapkan," katanya. Lebih lanjut Sinaga menambahkan, jika memang Hendarman Supandji merasa tidak mampu untuk membersihkan Kejaksaan Agung dari oknum jaksa nakal sebaiknya dia mengundurkan diri saja. Tindakan itu akan lebih dihormati daripada mengeksploitasi kekurangannya dengan menyatakan diri bukan malaikat, katanya. (*)

Pewarta:
Copyright © ANTARA 2008