Sydney (ANTARA) - Australia "sangat kecewa" karena seorang warganya keturunan China, penulis Yang Hengjun, dipindahkan ke tahanan kejahatan di China, Menteri Luar Negeri Marise Payne mengatakan dalam pernyataan yang sangat keras, Jumat.
Yang, kelahiran China, ditahan di kota Guangzhou, China bagian selatan pada Januari di tengah ketegangan yang meningkat antara Australia dan mitra dagang terbesarnya, setelah raksasa ekonomi China, Huawei diblok untuk mengikuti proyek 5 tahun lalu.
Alasan penahanan terhadap Yang tidak jelas, tetapi Kementerian Luar Negeri China mengatakan telah mengambil "langkah-langkah yang diperlukan" untuk suatu penyelidikan dan mengulang-ulang pernyataan bahwa Yang merupakan tersangka kejahatan yang membahayakan keamanan negara.
Payne sebelumnya mengatakan bahwa Australia mendapat pemberitahuan pada Jumat tentang pemindahan Yang ke tempat tahanan bagi pelaku kejahatan.
"Pemerintah Australia sangat kecewa," katanya.
"Pemerintah menyampaikan kekhawatirannya tentang kesejahteraan Dr Yang dan keadaannya di dalam tahanan."
"Kami sudah meminta klarifikasi mengenai alasan penahanan Dr Yang, jika dia ditahan karena pandangan politiknya, maka dia harus dibebaskan."
Yang (53), yang memiliki nama resm Yang Jun, ditahan di China ketika sedang menunggu untuk melanjutkan perjalanan di Shanghai bulan ini, setelah terbang dari New York.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China menolak pernyataan Payne yang disebutnya tidak bertanggungjawab.
"China mengemukakan ketidakpuasan yang sangat atas pernyataan yang dibuat oleh menteri luar negeri, dan mendesak Australia untuk tidak mencampuri urusan hukum China dalam menangan kasus, dan berhenti membuat ucapan yang tidak bertanggungjawab," kata juru bicara Geng Shuang, dalam pernyataan di Beijing.
Kendati tulisan-tulisan Yang belakangan ini menghindari politik China, dia pernah sangat unggul pada awal 2000-an dengan menyandang nama alias "penjaja demokrasi."
Payne mengatakan bahwa Australia telah berbulan-bulan menekan China untuk menyelesaikan kasus Yang ini dan telah dua kali menulis surat kepada Menlu China Wang Yi untuk memberi akses Yang bertemu pengacaranya.
"Ini juga tidak terjadi," kata Payne.
"Kami mengharapkan standar dasar untuk keadilan dan agar prosedur yang jujur dapat dipenuhi ... kami akan terus menekan pihak berwenang di China untuk perlakukan yang adil dan manusiawi, sesuai norma-norma internasional," katanya.
Sumber: Reuters
Baca juga: Setelah Taiwan beli senjata, China adakan pelatihan militer
Penerjemah: Maria D Andriana
Editor: Chaidar Abdullah
Copyright © ANTARA 2019