"Jangan menjadi followers medsos, sehingga nanti tidak dianggap ikut menyebarkan berita-berita bohong atau hoaKS yang sering terjadi," kata anggota Dewan Pers Agus Sudibyo, di Kupang, Jumat.
Agus pada workshop peliputan pascapemilu legislatif dan pemilu presiden di salah satu hotel di ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Timur itu, mengatakan media sosial juga menjadi salah satu kompetitor medsos karena medsos itu juga hidup dari iklan.
"Apalagi medsos mempunyai teknologi yang lebih bagus dengan jaringan internasional, dan modal sangat besar. Tentu saja akan menjadi kompetisi yang sulit bagi media pers dalam menghadapi medsos," katanya lagi.
Baca juga: Muhammad Nuh: peningkatkan kompetensi jurnalis agenda utama Dewan Pers
Menurut dia, beberapa kasus yang membuat perusahaan pers ikut terlibat dalam pemberitaan bohong, salah satunya adalah kasus pemboman di Surabaya, Jawa Timur beberaoa waktu lalu.
"Saat itu media ikut menyebarkan foto milik keluarga pengebom itu. Kemudian beritanya disebarkan medsos. Kasian loh itu keluarganya," ujar dia lagi.
Apalagi, kata dia, keluarga pelaku tentu tak tahu menahu soal pelaku itu termasuk dalam orang yang mengebom.
Namun, dia menambahkan, selain sebagai kompetitor, medsos juga dapat dijadikan sebagai "teman" dalam membuat berita, sebab banyak informasi-informasi di medsos yang mampu dijadikan sebagai sebuah berita kemudian ditayangkan.
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2019