Karachi, Pakistan (ANTARA) - Menteri Penerbangan Pakistan Ghulan Sarwar Khan pada Kamis (18/7) mengungkapkan bahwa negaranya mengalami kerugian sedikitnya delapan miliar rupee (lebih dari Rp695 miliar) karena menutup wilayah udaranya sejak Februari.
Penutupan tersebut berdampak bagi ratusan penerbangan komersial dan kargo.
Pakistan memberlakukan larangan terbang setelah serangan oleh suatu kelompok garis keras Pakistan di Kashmir, yaitu wilayah yang dikendalikan India, berubar menjadi bentrokan antara Pakistan dan India. Kedua negara sama-sama memiliki senjata nuklir.
Penutupan wilayah udara Pakistan tersebut juga menyebabkan para penumpang terpaksa menjalani waktu perjalanan yang lebih panjang sementara perusahaan-perusahaan penerbangan harus mengeluarkan biaya lebih banyak untuk bahan bakar.
"Badan Penerbangan Sipil Pakistan menderita kerugian sebesar lebih dari delapan miliar rupee," kata Menteri Khan dalam acara jumpa pers di Karachi.
Baca juga: Pakistan buka kembali wilayah udara bagi penerbangan sipil
"Kami tidak punya data pasti soal kerugian yang dialami oleh otoritas penerbangan mereka (India), tapi lebih besar dibandingkan kita," katanya, menambahkan.
Pakistan pada Selasa (16/7) mulai mengizinkan lagi kalangan industri penerbangan sipil internasional untuk menggunakan wilayah udaranya.
"Larangan terbang itu diterapkan oleh kedua pihak dan sudah dicabut oleh dua-duanya," kata menteri itu.
Baca juga: United Airlines akan lanjutkan penerbangan ke India mulai September
Sumber: Reuters
Penerjemah: Tia Mutiasari
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2019