Jakarta (ANTARA) - Ketua Perhimpunan Onklogi Indonesia (POI) sekaligus Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) Prof Heru Wisaksono Sudoyo mengatakan 90 persen penyakit kanker disebabkan oleh faktor lingkungan sekitar.
"Lingkungan tersebut, termasuk gaya hidup, kebiasaan serta pajanan atau eksposure hal-hal yang kita anggap sebagai bagian kehidupan sehari-hari," kata dia, saat konferensi pers Simposium dan Workshop bertajuk "The Role of Internist In Cancer Management, di Jakarta, Jumat.
Sebagai contoh, kata dia, masyarakat yang suka mengonsumsi makanan-makanan mengandung pengawet seperti bakso serta kebiasaan mulai beralih kepada konsumsi makanan cepat saji yang masuk ke Indonesia turut menjadi penyebab penyakit tersebut.
"Selain itu rokok juga penyebab kanker," katanya.
Ia mengatakan 30 persen angka kanker hanya dapat dihindari dengan tiga hal. Pertama olahraga teratur, kedua berat badan teratur dan menjaga pola makanan yang sehat serta bergizi. Terkait apakah ada pengaruh polusi udara terhadap kanker, ia mengatakan tidak terlalu signifikan.
Pada dasarnya polusi udara tidak berhubungan banyak dengan kanker, namun lebih kepada pernapasan atau panyakit paru obstruktif menahun (PPOM), asma menjadi lebih berat, namun kanker tidak terlalu, katanya.
"Itu kalau polusi udara ya," ujar dia.
Polusi udara, jelas dia, lebih berpengaruh kepada gangguan pernapasan atau gangguan pernapasan sebuah populasi. Jika pun berpengaruh diperkirakan angkanya tidak terlalu signifikan.
Oleh karena itu, selain menganjurkan olahraga teratur, konsumsi makanan sehat serta menjaga berat badan ia berpandangan pendidikan kepada masyarakat sejak dini untuk mengantisipasi kanker harus dilakukan.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi kanker di Indonesia saat ini yaitu 4,3 per 1.000 penduduk dan penyebab kematian nomor tujuh atau 5,7 persen dari seluruh penyebab kematian di Tanah Air
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia (Perhompedin), dr Ronald A Hukom mengatakan kanker merupakan penyakit berbahaya sekaligus membutuhkan biaya besar selama pengobatan.
"Dengan pengobatan yang mahal sering dikeluhkan BPJS, tapi tentunya pembiayaan yang dikeluhkan tidak harus menghalangi pelayanan bagi pasien," kata dia.
Baca juga: Indonesia adopsi penanganan penyakit kanker di tingkat Asia
Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2019